HUBUNGAN Romantis China, Negara-Negara Arab, dan Huawei, Ada Apa?

10 Desember 2022, 15:53 WIB
Presiden China, Xi Jinping dan Raja Salman dari Arab Saudi menandatangani beberapa kesepakatan politik dan ekonomi. /Saudi Press Agency/Handout via REUTERS/

 

KALBAR TERKINI - Pada tanggal 9 Desember 2022 kemarin, President Xi Jinping menghadiri pertemuan Konferensi Puncak China-Arab dan pertemuan puncak China – Negara teluk (Persia) .

Dalam pertemuan di Riyadh, Arab Saudi, China bertemu pemimpin negara-negara Arab diantaranya adalah Qatar, Uni Emirat Arab, Mesir, Kuwait, dan Arab Saudi.

Pertemuan tersebut mencerminkan keinginan bersama untuk meningkatkan kerja sama China – Negara-negara teluk.

Hal ini diungkapkan oleh putra mahkota Arab Saudi Muhammad Bin Salman.

Baca Juga: UPDATE JADWAL Maroko vs Portugal di Perempat Final Piala Dunia Qatar 2022, Kemanakah Dewi Fortuna Berpihak?

Beliau juga mengatakan bahwa pertemuan puncak tersebut membentuk fase baru yang bersejarah dalam kerja sama China – Negara-Negara teluk.

Tentunya hubungan Arab Saudi dan China pada saat ini menjadi semakin erat bahkan pada tanggal 8 Desember 2022 Presiden Xi Jinping sempat terlihat duduk sambil menanda tangani dokumen bersama Raja Salman bin Abdulaziz, yaitu Raja dari Arab Saudi.

Sang Putra Mahkota Arab Saudi juga menyebutkan bahwa di dalam pertemuan tersebut dibahas juga mengenai zona perdagangan bebas antara China dan Negara-Negara Teluk.

Baca Juga: BERIKUT Hasil Drawing Semifinal BWF World Tour Final 2022: Jonatan Christie Kembali Berhadapan Dengan Ginting

Mereka juga membahas mengenai Iran dimana mereka mengatakan hubungan antara Negara-Negara Teluk dan Iran haruslah berdasarkan Keramahtamahan dan non-interferensi.

Menghormati independen, kedaulatan, dan integritas wilayah dari negara-negara tersebut, dengan menyelesaikan perselisihan dengan cara damai sesuai dengan hukum internasional.

Pada meeting ini, para kepala negara juga sempat membahas mengenai negara-negara yang sedang menjadi headline yaitu Suriah, Iraq, Yaman, Lebanon, Libya, dan Afghanistan.

Sebelum menyimpulkan pertemuan tersebut, para pemimpin menyebut mereka bertekad untuk mendorong komunikasi dan kerja sama di bidang budaya, pendidikan, turisme, media, olahraga, dan Academia antara negara-negeara teluk dan juga China.

Baca Juga: BELANDA Angkat Koper Dari Piala Dunia Qatar 2022, Argentina Melenggang ke Semifinal, Ini Lawan Berikutnya

Namun beberapa hal penting lain yang terjadi dalam pertemuan China – Saudi Arabia dan China – Negara Teluk (Gulf States).

Yaitu Arab Saudi menandatangani sebuah kesepakatan dengan China mengenai kerja sama dengan Huawei.

Huawei adalah perusahaan teknologi China yang terkenal karena membuat model smartphone dan juga karena telah berhasil menciptakan jaringan 5G yang dapat digunakan untuk keperluan komersil.

Huawei telah berpartisipasi dalam pembangunan jaringan 5G di negara-negara teluk termasuk juga Arab Saudi.

Dengan pertemuan ini terjadi pada saat dimana hubungan Amerika dan Arab Saudi sedang memburuk, Amerika tentunya khawatir mengenai konferensi ini.

Selain itu, bagian yang terpenting dalam pertemuan ini tentunya adalah panggilan Xi Jinping untuk melakukan perdagangan minyak bumi menggunakan mata uang Yuan.

Dengan rencana Amerika yang ingin menempatkan Price Cap pada harga perdagangan minyak dunia, ini merupakan langkah yang besar karena sebagian besar anggota OPEC terdiri atas Negara-negara Arab tersebut.

Penggunaan mata uang sendiri dalam melakuan perdagangan minyak bumi internasional merupakan suatu hal yang baru saja dilakukan oleh Rusia sejak pertempuran di Ukraina dimulai.

Dengan hilangnya Rusia dari perdagangan minyak bumi untuk negara-negara barat dan keputusan Rusia untuk berhenti melakukan transaksi menggunakan dollar.

Maka jika OPEC ikut mengganti dollar dengan mata uang lain Amerika akan mulai kehilangan kekuatan monopoli-nya di perdagangan internasional.

Dengan sulitnya hubungan Arab Saudi dan Amerika Serikat sejak Joe Biden naik ke kursi presiden, semua orang bertanya-tanya apakah Arab Saudi saat ini mulai menjauhi Amerika dan memilih untuk mendekati dan bekerja sama dengan China?

Apakah Price Cap akan tetap bisa bekerja jika negara-negara yang memproduksi minyak mengganti mata uang mereka menjadi Yuan?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin akan terjawab dalam waktu dekat.***

Penulis: Aldy Habibie

 

Editor: Yuni Herlina

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler