KALBAR TERKINI - Demonstrasi menuntut Presiden Xi Jinping mundur pecah di sejumlah kota besar di China sepanjang akhir pekan, peristiwa yang dianggap langka di Negeri Tirai Bambu tersebut.
Berawal dari memprotes kebijakan lockdown Covid-19 yang terlampau ketat, para demonstran mulai terdengar meneriakkan slogan-slogan menuntut Xi mundur.
Demo ini sebenarnya bermula akibat protes warga atas kematian 10 orang akibat kebakaran di Ibu Kota Provinsi Xinjiang, Urumqi, pada Kamis pekan lalu.
Sehari setelah kebakaran itu, Jumat 25 November 2022, ratusan warga menggelar aksi protes di depan kantor pemerintahan Urumqi.
Berdasarkan video-video yang sudah diverifikasi AFP, warga berkumpul menumpahkan amarah dengan meneriakkan slogan meminta pencabutan lockdown.
Video-video tersebut pun viral di jejaring sosial China, meski pemerintah Negeri Tirai Bambu sudah menerapkan sensor ketat.
Baca Juga: Turkiye Ancam Akan Invasi Daratan Wilayah Kurdi Suriah, Pasca Serangan 13 November di Istanbul
Pada Sabtu, demonstran pecah di Shanghai, tepatnya di jalan Wulumuqi yang merupakan Urumqi dalam bahasa Mandarin.
Demonstrasi langsung merembet ke pusat kota Shanghai.
Wartawan AFP melihat kepolisian bentrok dengan sekelompok demonstran ketika mereka sedang mengusir warga dari lokasi unjuk rasa di Wulumuqi.
Tak peduli dengan tekanan aparat, massa malah makin besar menjelang malam hari.
Kali ini pendemo meneriakkan slogan-slogan meminta Xi Jinping dan Partai Komunis China mundur.
Sempat bubar di malam hari, para warga melanjutkan aksi mereka pada Minggu pagi.
Di hari itu pula, unjuk rasa lainnya pecah di berbagai kota di China, termasuk ibu kota Beijing.
Pada saat terjadinya demo, polisi China disebut menyeret dan menggantung para pedemo yang berunjuk rasa menolak kebijakan lockdown dan mendesak Presiden Xi Jinping
Hal tersebut diungkap seorang pendemo, Chen yang menjadi korban gantung saat aksi pada Sabtu lalu.
Baca Juga: Setelah Dilarang Ikut Stasiun Luar Angkasa Internasional, China Putuskan Buat Stasiun Sendiri