Joe Biden Lobi Benua Afrika: Ingin Putuskan Hubungan dengan Rusia

2 September 2022, 21:49 WIB
Pemimpin Al Qaeda Tewas Kena Drone AS, Joe Biden: Keadilan Telah Ditegakkan /Instagram @potus/

KALBAR TERKINI - Presiden AS Joe Biden berusaha melobi negara-negara Afrika untuk menjadi mitra globalnya.

Lobi ini penting bagi AS menyusul sikap netral sebagian besar dari 54 negara di benua tersebut di PBB terkait operasi militer Rusia ke Ukraina.

Kaitannya itu, dilansir Kalbar-Terkini.com dari The Africa News, Jumat, 2 September 2022, Biden akan bertemu Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, September ini.

Baca Juga: Peringatan AS: Bangsa Afrika Akan Dihukum jika Mereka Berdagang Komoditas yang Disetujui Amerika Serikat

Pada Kamis, 1 September 2022, Gedung Putih mengumumkan bahwa AS ingin menarik negara-negara Afrika lebih dekat lewat Afrika Selatan yang berpengaruh di benua itu.

Lobi ini dilakukan ketika Afrika Selatan dan banyak negara tetangganya, mengambil posisi netral atas invasi Rusia di Ukraina sejak 24 Februari 2022.

Pengumuman kunjungan resmi Biden pada 16 September 2022, datang setelah kunjungan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken ke Afrika Selatan bulan lalu.

Ketika itu, Blinken menyatakan, pemerintahan Biden melihat 54 negara di Afrika sebagai 'mitra setara' dalam mengatasi masalah global.

Baca Juga: Cacar Monyet Merajalela di Afrika, 1,3 Miliar Penduduknya Meratap Minta Vaksin

Tetapi, Pemerintah AS diklaimnya kecewa karena Afrika Selatan dan sebagian besar negara di benua itu, mengambil sikap netral tersebut.

Setelah abstain dalam pemungutan suara di PBB, Afrika Selatan juga menghindar untuk mengkritik Rusia.

Sebaliknya, negara yang pernah terkenal dengan Politik Apartheid ini, menyerukan perdamaian yang dimediasi di Ukraina.

Biden dan Ramaphosa berbicara melalui telepon pada April 2022.

Baca Juga: Wagner Grup, Tentara Bayaran Rusia Mengganas di Afrika: Bantai Warga Mali dan Mauritania

Kunjungan Biden ini diharapkan untuk memfokuskan pembicaraan di bidang perdagangan dan investasi, infrastruktur, iklim dan energi, kesehatan masyarakat dan peran utama Afrika Selatan di benua itu.

Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean menyatakan, kedua presiden akan menegaskan kembali pentingnya kemitraan abadi.

"Kami akan membahas kerja sama untuk mengatasi tantangan regional dan global," kata Jean-Pierre dalam sebuah pernyataan bulan ini.

Biden juga berencana agar negaranya menjadi tuan rumah KTT para pemimpin AS-Afrika pada Desember 2022.

Dalam kunjungan Blinken, Menteri Luar Negeri Naledi Pandor mempertahankan netralitas Afrika Selatan dalam perang Ukraina.

Dalam jumpa pers setelah pertemuan itu, Pandor menuduh AS dan kekuatan Barat lainnya memusatkan perhatian ke konflik Ukraina.

Hal ini dinilainya telah merugikan masalah internasional lainnya.

"Kita harus sama-sama prihatin dengan apa yang terjadi pada rakyat Palestina, seperti halnya kita dengan apa yang terjadi pada rakyat Ukraina," katanya.

Sementara Blinken menggarisbawahi blokade Rusia terhadap pelabuhan Laut Hitam di Ukraina.

Blokade ini dinilainya menyebabkan kelangkaan biji-bijian, minyak goreng dan pupuk, sebuah masalah yang berdampak tidak proporsional kepada orang Afrika.

"AS ada untuk negara-negara Afrika dalam krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya," ujarnya.

"Karena itulah yang dilakukan oleh mitra untuk satu sama lainnya," kata Blinken.

"Amerika Serikat tidak akan mendikte pilihan Afrika, dan tidak seharusnya orang lain. Hak untuk membuat pilihan ini milik orang Afrika," ujarnya.

Posisi netral Afrika Selatan ini karena sebagian besar dukungan Uni Soviet selama era Perang Dingin kepada Kongres Nasional Afrika.

Dukungan ini juga dalam perjuangan orang Afrika Selatan untuk mengakhiri apartheid.

Politik perbedaan warna kulit dari rezim represi di negara itu diberlakukan terhadap mayoritas kulit hitam yang berakhir pada 1994.

Pertemuan Biden ini akan terjadi ketika Ramaphosa, menghadapi kritik dari partai-partai oposisi dan juga dari dalam partainya sendiri.

Kritikan ini terkait skandal atas pengungkapan bahwa empat juta dolar AS telah dicuri dari peternakan sapinya.

Presiden Afrika Selatan ini telah ditanyai minggu ini oleh parlemen terkait apakah uang asing telah terdaftar dengan benar di otoritas keuangan negara.

Juga terkait mengapa dia tidak segera melaporkan pencurian tersebut.

Skandal tersebut telah merusak reputasi Ramaphosa sebagai pemimpin yang berkomitmen untuk memerangi korupsi yang merajalela di negaranya.

Ramaphosa menghadapi kaum oposisi yang signifikan dalam usahanya untuk terpilih kembali sebagai pemimpin partai.

Pemilihan ini akan digelar dalam sebuah konferensi pada Desember 2022.

Jika gagal memenangkan kepemimpinan partai, dia tidak akan bisa mencalonkan diri lagi sebagai Presiden Afrika Selatan pada 2024.

Ekonomi Afrika Selatan telah mengalami resesi, bahkan sebelum pandemi COVID-19, dan memiliki pengangguran sebesar 34 persen.

Itu sebabnya Ramaphosa akan menyambut baik pengumuman dukungan ekonomi dari AS.

Selama kunjungan ke Afrika Selatan bulan lalu, Blinken memuji negara itu dan Ramaphosa terkait upaya mencapai demokrasi multi-ras.

Upaya ini berlangsung bertahun-tahun setelah usainya pemerintahan minoritas kulit putih.

Blinken juga juga menggunakan kunjungan itu untuk secara resmi untuk meluncurkan strategi baru AS menuju Afrika Sub-Sahara.***

Sumber: The Africa News

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: The Africa

Tags

Terkini

Terpopuler