Gereja Baptis AS Diselidiki, Sederet Oknum Pendeta Terlibat Kejahatan Seksual dan Penyiksaan!

13 Agustus 2022, 20:25 WIB
Gereja Baptis First Works di Kota El Monte, California setelah mengalami ledakan. Gereja tersebut dikenal sebagai salah satu gereja anti-LGBT. /Twitter/@FBILos Angeles

NASHVILLE, KALBAR TERKINI - Departemen Kehakiman AS (DOJ) mulai menyelidiki kasus pelecehan seksual yang melibatkan sederet oknum pendeta bejat di Gereja Baptis.

Di jajaran gereja dengan induk bernama Southern Baptist Convention (SBC) di AS ini ternyata terdapat sejumlah oknum rohaniawannya durjana.

Oknum-oknum bejat yang dihormati jemaat ini tega melakukan pelecehan seksual, bahkan menyiksa korban.

Karena itu, kasus di Nashville, Ibukota Negara Bagian Tennessee tersebut, terlanjur meluas, dan mengguncang denominasi gereja Protestan terbesar di AS, yang berpusat di Kota.

Baca Juga: Gereja Katolik Sri Lanka Tuntut Presiden Mundur, Kardinal: Korupsinya Memalukan, Rakyat Menangis!

Para pemimpin SBC pada Jumat, 12 Agustus 2022, dilansir Kalbar-Terkini.com dari The Associated Press, mengakui bahwa beberapa entitas utama denominasinya sedang diselidiki oleh Departemen Kehakiman AS.

Komite Eksekutif SBC telah menerima panggilan pengadilan, tetapi tidak ada individu yang dipanggil hingga saat ini, menurut pengacara komite.

Para pemimpin SBC, termasuk anggota komite eksekutif, presiden seminari dan kepala organisasi misi, hanya memberikan sedikit rincian tentang penyelidikan tersebut.

Tetapi pernyataan ini mengindikasikan bahwa penyelidikan DOJ tersebut menangani masalah pelecehan seksual.

Baca Juga: PENDETA Yesaya Pariadji Meninggal Dunia, Berikut Profil Pendiri Gereja Tiberias Indonesia ini

"Secara individu dan kolektif, setiap entitas SBC memutuskan untuk sepenuhnya bekerja sama dengan penyelidikan," demikian pernyataan.

Menurut pernyataan tersebut, pihaknya terus berduka, dan menyesali kesalahan masa lalu terkait pelecehan seksual.

Ditambahkan, para pemimpin di seluruh SBC saat ini telah menunjukkan keyakinan kuat untuk mengatasi masalah-masalah di masa lalu.

Mereka juga menglaim telah menerapkan langkah-langkah untuk memastikan bahwa kejadian itu tidak pernah terulang lagi di masa depan.

Baca Juga: Nikah Beda Agama, Stafsus Milenial Ayu Kartika Dewi Berhijab saat Pemberkatan Pernikahan di Gereja Katedral

Tidak ada komentar langsung dari DOJ tentang penyelidikan tersebut.

Awal tahun ini, satuan tugas pelecehan seks internal SBC merilis laporan setebal 288 halaman dari konsultan luar, Guidepost Solutions.

Investigasi independen selama tujuh bulan menemukan detail yang mengganggu.

Hal ini tentang bagaimana para pemimpin denominasi salah menangani klaim pelecehan seksual, bahkan menganiaya korban.

Laporan tersebut secara khusus berfokus pada bagaimana Komite Eksekutif SBC menanggapi kasus pelecehan.

Laporan ini mengungkapkan pula bahwa mereka diam-diam menyimpan daftar pendeta dan pekerja gereja lainnya, yang dituduh melakukan pelecehan.

Panitia kemudian meminta maaf, dan merilis daftar tersebut, yang memuat ratusan pekerja yang dituduh.

Seorang juru bicara komite, Guidepost, menolak mengomentari berita penyelidikan DOJ.

Menyusul rilis laporan Guidepost, SBC memberikan suara selama pertemuan tahunannya pada Juni 2022.

Perteman ini bertujuan untuk menciptakan cara untuk melacak para pendeta dan pekerja gereja lainnya yang secara kredibel dituduh melakukan pelecehan seksual.

Juga diluncurkan satuan tugas baru untuk mengawasi reformasi lebih lanjut.

Awal pekan ini, Presiden SBC Bart Barber, yang juga menandatangani pernyataan pada Jumat, mengumumkan nama-nama pendeta Baptis Selatan dan anggota gereja yang akan melayani di gugus tugas.

Penyintas pelecehan seks Baptis Selatan, Christa Brown, telah lama menyerukan SBC untuk berbuat lebih banyak untuk mengatasi pelecehan seks di gereja-gerejanya.

Brown pun merayakan berita terkait penyelidikan DOJ.

“Haleluya. Sudah waktunya, ”kata Brown dalam posting Jumat di Twitter. "Ini yang dibutuhkan."

Penyintas lainnya, Jules Woodson, mempublikasikan kisah pelecehannya 2018, dan telah mendorong reformasi di SBC sejak saat itu.

Pada Jumat kemarin, Woodson bereaksi terhadap berita investigasi dengan tweeting, "Semoga keadilan bergulir!!!"

Komentar berbeda dinyatakan di Twitter oleh Pendeta Oklahoma, Mike Keahbone, yang melayani di komite eksekutif, dan merupakan wakil ketua gugus tugas penyalahgunaan yang baru.

“Bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti… Jika ada lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, kami akan melakukannyam" cuitnya.

Gereja Baptis sendiri adalah nama generik untuk gereja-gereja di lingkungan Protestan.

Ciri-cirinya, antara lain, penolakan terhadap baptisan anak (baptisan yang diberikan kepada bayi dan anak kecil).

Gereja ini percaya bahwa baptisan hanya diberikan kepada orang dewasa, yang sudah dapat mengakui imannya secara sadar, dan bertanggung jawab.

Praktik, dilansir dari Wikipedia, pelayanan baptisan hanya kepada orang dewasa di kalangan Gereja Baptis, kelak juga ditiru oleh beberapa denominasi lain.

Ketika reformasi terjadi terhadap Gereja Roma Katolik (RK) pada awal abad ke-16, banyak orang merasa kurang puas dengan apa yang telah dilakukan oleh Luther maupun Calvin.

Mereka mengharapkan perubahan yang radikal dari Gereja RK.

Ketika itu, sebagian dari mereka kemudian melakukan perombakan-perombakan sendiri terhadap gereja itu.

Ini khususnya dilakukan terkait hubungan antara gereja, negara, dan baptisan.

Gereja dan negara, menurut mereka, harus sama sekali dipisahkan, sehingga tidak akan terjadi lagi penguasaan oleh salah satu lembaga terhadap yang lainnya.

Baptisan, menurut mereka, harus dilakukan kepada orang yang benar-benar mengaku percaya. Dengan demikian baptisan anak tidak sah.

Mereka yang telah dibaptiskan pada masa bayi, harus dibaptiskan ulang dengan baptisan yang sah.

Karena itulah oleh orang-orang Katolik maupun Protestan mereka dijuluki kaum Anabaptis, atau orang-orang yang membaptiskan kembali.

Selama Reformasi Protestan, gereja Anglikan Inggris terpisah dari Gereja RK.

Ada banyak orang-orang Kristen yang tidak puas dengan gerakan reformasi Ada juga orang-orang Kristen yang tidak puas, karena gereja Anglikan Inggris masih melakukan berbagai kesalahan.

Beberapa dari orang-orang ini tetap tinggal di gereja Anglikan untuk mendorong perubahan.

Mereka ini disebut sebagai puritan, dan mereka yang meninggalkan gereja disebut sebagai para separatis.

Pada abad XVII di Inggris, orang-orang ini mulai menggunakan nama Baptis sebagai nama diri mereka.

Kelompok Baptis ini berkembang dari kaum Separatis di Inggris, yang merasa bahwa kelompok itu tidak cukup radikal dalam memisahkan diri mereka dari ajaran dan praktik Gereja Inggris.

Mereka pun dianggap kurang setia terhadap ajaran-ajaran Alkitab. Orang-orang ini kemudian mulai membentuk kelompok-kelompok gereja yang sepaham, sehingga muncullah aliran Baptis yang pertama.

Dalam praktiknya, mereka sendiri juga berbeda-beda di dalam pemahaman mereka.

Sebagian menerima ajaran tentang predestinasi dari Calvinisme (Baptis Khusus), sementara yang lainnya menolak ajaran itu.

Mereka memilih untuk menerima ajaran tentang kehendak bebas dari Arminianisme (Baptis Umum).

John Smyth adalah pemimpin gereja Baptist pertama di Amsterdam pada 1609
Gereja Baptis memiliki awal dalam dari seorang Inggris yang bernama John Smyth dan Thomas Helwys dari Amsterdam.

Mereka percaya bahwa Alkitab hanyalah satu-satunya tuntunan yang diperlukan, dan pembaptisan hanya tersedia untuk orang yang percaya.

Pada 1609, mereka memulai gerakan ini, dan memulai membaptis jemaat, yang menandai berdirinya gereja Baptis pertama.

Di Amerika, Gereja Baptis dimulai oleh Roger Williams, yang mendirikan Providence, Rhode Island, sebagai tempat perlindungan bagi 'mereka yang merasa hati nuraninya terusik'.

Williams, walaupun tidak lama menjadi seorang Baptis, mendirikan First Baptist Church of America di Providence pada 1639.

Di tempat-tempat lain, orang-orang Baptis disisihkan dan ditolak, karena mereka dianggap memeluk agama yang berbeda dengan agama yang dipeluk oleh sebagian besar pendatang di benua baru ini.

Roger Williams dan John Clarke adalah orang yang memulai gerakan Baptis di Amerika Utara.

Gereja-gereja dimulai di Newport, Rhode Island, serta Providence, Rhode Island.

Tidak diketahui gereja mana yang dimulai terlebih dahulu, karena catatan dari kedua gereja tersebut tidak lengkap.

Untuk mendukung upaya penginjilan pada abad ke-18, orang-orang Baptis mulai mendirikan perhimpunan-perhimpunan.

Philadelphia Baptist Association dibentuk pada 1707, dan Charleston Baptist Association dibentuk pada 1751.

Selama masa Kebangunan Rohani Besar pada akhir abad ke-18, gereja-gereja Baptis mengalami pertumbuhan yang pesat.

Seperti halnya nenek moyang mereka di Inggris, orang-orang Baptis ini sangat menekankan kebebasan beragama dan pemisahan antara gereja dan negara secara ketat.

Menurut mereka, kebebasan beragama adalah hak setiap orang, bukan cuma orang Kristen atau Baptis, melainkan apapun agama seseorang.

Di kalangan orang-orang kulit hitam, gereja-gereja Baptis juga berkembang pesat.

Pada 1773, terbentuk sejumlah Gereja Baptis independen yang kemudian menjadi dua kelompok denominasi yang besar, yakni Foreign Mission Baptist Convention pada 1880, dan National Baptist Convention pada 1895.

Sebenarnya penginjil dari lingkungan gereja-gereja Baptis sudah sejak awal abad ke-19, yakni pada masa kekuasaan Inggris di Indonesia.

Misalnya, Jabez Carey, yang bekerja di Maluku pada 1814-1818, yang diterima dengan baik oleh umat Kristiani di Ambon.

Dia kemudian diangkat menjadi pengawas sekolah-sekolah Kristen, dan giat memerangi perbudakan.

Namun, dia terpaksa agak cepat pulang ke India, diiringi tangisan banyak warga Ambon.

Ini karena alasan politis di mana Pemerinah Hindia Belanda tidak suka akan kegiatan orang asing non-Belanda bekerja di wilayah jajahannya.

Juga karena alasan teologis: dia berselisih paham dengan Joseph Kam, Rasul Maluku utusan NZG (Nederlandsch Zendeling-genootschap) terkait mengenai Baptisan Jabez.

Ini sesuai dengan ajaran gereja Baptis, yang mempraktikkan Baptisan dewasa, sedangkan Joseph Kam – sesuai dengan paham Calvinis – mempraktikkan baptisan anak.

Kemudian hadir Gabungan Gereja Baptis Indonesia (GGBI) sebagai bagian dari pekerjaan Misi Baptis Indonesia (Indonesian Baptist Mission; IBM).

Badan ini dulunya mewadahi beberapa penginjil utusan dari Foreign Mission Board of the Southern Baptist Convention.

Misi ini semula bekerja di China namun harus meninggalkan negeri itu sejak rezim komunis berkuasa.

Tiba di Indonesia pada Desember 1951, mereka langsung berhasil melakukan Baptisan pertama di Bandung pada 23 November 1952.

Sejak saat itu, terutama setelah gagalnya G30S/PKI pada 1965, jemaat-jemaat Baptis produk badan penginjilan ini, tumbuh pesat.

Tersebar di seluruh provinsi di Jawa, dan di empat provinsi di Sumatera, namun lebih dari 80 persen jemaatnya terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Selain itu muncul pula bGereja Perhimpunan Injili Baptis Indonesia (GPIBI).

Kehadiran gereja yang berpangkalan di Kota Singkawang, Provinsi Kalimantan Barat ini, dicikalbakali oleh John G Breman, seorang penginjil berdarah Belanda-Amerika sejak 1925.

Namun, pekerjaan itu baru terorganisasi dengan baik sejak 1956, dan semakin ditingkatkan lewat kerjasama dengan badan misi Conservative Baptist dari AS, yang mengutus para penginjilnya ke sana sejak 1961.

Misi ini kemudian resmi melembaga menjadi gereja sejak 1965.

Selain penginjilan verbal, badan ini juga giat menyelenggarakan rumah sakit di Hotel Serukam, penginapan murah bagi pemuda-pemudi, sekolah Alkitab dan pendidikan teologi ekstensi bagi para pengerja pribumi.

Sejak tahun 1984, selain ke provinsi-provinsi lain di Kalimantan, gereja ini melebarkan sayapnya ke Jawa, Sumatera dan Bali.***

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: Berbagai Sumber The Associated Press

Tags

Terkini

Terpopuler