AS Libatkan Soldier of Fortune untuk Perangi Rusia di Ukraina

10 Agustus 2022, 09:34 WIB
Ilustrasi pembunuh bayaran /Tangkapan layar IMDb/

KALBAR TERKINI - Amerika Serikat (AS) ternyata tak mau kalah dengan Rusia yang kerap menggunakan tentara bayaran (mercenary) di negara-negara yang bergolak.

Laporan terbaru menyebutkan bahwa Pentagon - Departemen Pertahanan AS- ternyata telah menggunakan jasa tentara kontraktor -sebutan terbaru untuk tentara bayaran- di Ukraina sejak 'operasi' militer massal Rusia pada 24 Februari 2022.

Tentara bayaran atau kondang dijuluki 'Soldier of Fortune' ini dilaporkan adalah 'militer AS' yang membantu pasukan Ukraina untuk bertempur melawan Rusia.

Baca Juga: Sinopsis The Hitman’s Bodyguard, Kisah Pengawal Sang Pembunuh Bayaran, Penampilan Spesial Salma Hayek

Koran Rusia, Russia Today, dilansir Kalbar-Terkini.com, Senin, 8 Agustus 2022, melaporkan bahwa kehadiran tentara bayaran ini dari temuan majalah Prancis, Causeur.

Mengutip dari seorang analis yang ditempatkan dengan baik dalam intelijen Prancis di Ukraina, disebutkan bahwa tentara bayaran itu disewa oleh Pentagon.

Tentara bayaran AS ini diduga berada di semua medan perang di Ukraina. Klaim itu diterbitkan oleh media berhaluan kanan ini minggu lalu, terkait analisis konflik Rusia-Ukraina selama lima bulan.

Baca Juga: Ukir Prestasi, Arsy Hermansyah Borong 8 Medali dan 14 Penghargaan di Ajang WCOPA 2022 Amerika Serikat

Majalah Causeur menyebut: "Ini bukan pertarungan David melawan Goliat'." Dan, temuan ini bertentangan dengan apa yang diyakini banyak orang.

“Di Ukraina, Pentagon untuk pertama kalinya mensubkontrakkan perang skala besar,” tulis majalah itu mengutip dari sebuah sumber.

"Tentara bayaran ini datang secara bersamaan dengan bantuan militer 'raksasa' yang diberikan ke Kiev oleh Washington, dan belum tentu pejuang garis depan," menurut laporan Majalah Causeur.

Sebagai contoh dari perang 'subkontrak', majalah itu mencontohkan pasokan akses internet dari satelit SpaceX yang dipublikasikan secara luas untuk pejabat militer Ukraina.

CEO Elon Musk awalnya membingkai pasokan ini sebagai dukungan amal.

Tetapi, laporan media kemudian mengungkapkan bahwa keterlibatan SpaceX itu dibayar dengan uang pembayar pajak AS.

AS memutuskan untuk tidak melibatkan pasukannya di Ukraina, karena mengklaim tidak menginginkan konfrontasi langsung dengan Rusia.

Namun, majalah Prancis itu melaporkan bahwa Washington tampaknya mengabaikan ancaman eskalasi, karena menuangkan senjata dan tenaga kerja swasta ke Ukraina untuk membuau Rusia 'berdarah'.

Bagi AS, tujuan dari semua ituakan menghasilkan kekalahan strategis bagi Moskow.

Majalah itu juga melaporkan bahwa Rusia tampaknya perlahan-lahan menang atas Ukraina karena daya tembak superiornya berlaku selama delapan tahun persiapan Kiev untuk memperebutkan Donbass.

Kerusakan parah yang disebabkan oleh artileri dan pasukan udara Rusia, telah menyebabkan disertasi dan pembangkangan di antara pasukan Ukraina sendiri.

Jika pasukan Rusia maju melampaui Donbass yang sangat urban dengan medannya yang tidak menguntungkan, keseimbangan kekuatan dapat dengan cepat berubah menguntungkan Moskow.

Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari 2022 karena kegagalan Kiev untuk mengimplementasikan perjanjian Minsk.

Perjanjian itu dirancang untuk memberikan status khusus wilayah Donetsk dan Lugansk di dalam negara Ukraina.

Protokol, yang ditengahi oleh Jerman dan Prancis, ini, pertama kali ditandatangani pada 2014.

Mantan Presiden Ukraina Pyotr Poroshenko sejak itu mengakui bahwa tujuan utama Kiev adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan menciptakan angkatan bersenjata yang kuat'.

Pada Februari 2022, Kremlin mengakui republik Donbass sebagai negara merdeka, dan menuntut Ukraina secara resmi menyatakan diri sebagai negara netral, yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun.

Kiev menegaskan bahwa serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.***

Sumber: Russia Today

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: Russia Today

Tags

Terkini

Terpopuler