Buaya Ganas dan Kelaparan Teror Warga Sarawak: Dari Perkotaan hingga Pedesaan

2 Juni 2022, 14:19 WIB
Sebuah tim satwa liar dari Sarawak Forest Corporation mengeluarkan buaya sepanjang 4m, dengan berat 200kg, di Kampung Bako, 30km dari Kuching, pada tahun 2019. (Foto: Bernama via Free Malaysia Today) /


KUCHING, KALBAR TERKINI – Buaya ganas yang kelaparan terus merajalela di perkotaan hingga pedesaan di Negara Bagian Sarawak, Malaysia.

Hal ini karena populasi buaya terus bertambah di luar kendali sehingga mengancam jiwa warga.

Guna mengantisipasi bertambahnya jumlah biaya sekaligus mengamankan warga, menurut Menteri di Departemen Perdana Menteri, Wan Junaidi Tuanku Jaafar, pemerintah negara bagian harus menangkap dan membunuh buaya di Sarawak secara berkala.

Baca Juga: Monyet Misterius Muncul di Hutan Sabah

Dilansir Kalbar-Terkini.com dari Free Malaysia Today yang dikutip dari Bernama, Jumat, 27 Mei 2022, Wan Junaidi menambahkan, populasi reptil itu masih di luar kendali, dan serangan yang terjadi tidak hanya di desa melainkan juga di daerah perkotaan.

“Dengan jumlah buaya yang banyak, dipastikan selama ada sistem drainase, sungai dan muara, mereka akan menunggu mangsanya,” lanjutnya.

Pernyataannya ini menyusul serangan baru-baru ini terhadap seorang bocah lelaki berusia lima tahun di Kampung Nyabut di Telaga Air, Kota Kuching, Sabtu lalu.

Baca Juga: Ponsel Gratis bagi Siswa Serawak, Dananya Dipotong dari Gaji Anggota Dewan

Naisb nahas yang sama juga dialami oleh seorang lelaki berusia 56 tahun di Sungai Ahong di Kampung Kangka, Lundu, dua hari sebelumnya.

Wan Junaidi mendesak instansi pemerintah terkait untuk menerapkan langkah-langkah proaktif dan holistik untuk mencegah insiden seperti itu tak terulang lagi di wilayah Malaysia yang berbatasan langsung dengan Indonesia, tepatnya Provinsi Kalimantan Barat.

“Saya ingin pihak berwenang mengambil tindakan yang tepat untuk memastikan reptil tidak mengganggu kehidupan masyarakat,” katanya.

Dia menyampaikan simpatinya kepada keluarga kedua korban.

Menurut Wan Junaidi, ketika dia sebelumnya menjadi menteri sumber daya alam dan lingkungan, dia telah berhasil memindahkan Sarawak dari Jadwal Satu ke Jadwal Dua Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Fauna dan Flora Liar yang Terancam Punah (CITES) pada 2016 dalam sebuah konferensi di Johannesburg, Afrika, Selatan.

Hal ini menyusul kekhawatiran atas populasi buaya yang berlebihan di Sarawak.

Tetapi, meskipun sekarang ini berada di Jadwal Dua, serangan-serangan ini terus berlanjut di negara bagian itu.

Wan Junaidi menegaskan, masyarakat setempat harus diizinkan untuk terjun ke industri kulit dan daging buaya, sebagai salah satu cara untuk mengendalikan populasi reptil.

Ditekankan, hak ini dapat dilakukan dengan kontrol dan bimbingan dari pihak berwenang, di mana industri tersebut bisa meraup keuntungan miliaran ringgit secara global.***

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: Free Malaysia Today

Tags

Terkini

Terpopuler