Suriah Terancam Bangkrut, Assad kian Korup, Tega Korbankan Warga: Negara akan Dijual ke Iran

21 Februari 2022, 21:55 WIB
Anak-anak Suriah /

KALBAR TERKINI - Suriah Terancam Bangkrut, Assad kian Korup, Tega Korbankan Warga: Negara akan Dijual ke Iran

Dukungan Iran ke rezim di Suriah pimpinan Presiden Basyar Hafizh al-Assad telah mengorbankan ratusan ribu warga sipil Suriah yang terbunuh, terluka dan terlantar.

Sebuah inisiatif terobosan pun telah diluncurkan untuk mengungkap kejahatan Suriah atas kemanusiaan di hadapan Pengadilan Kriminal Internasional.

Baca Juga: Qatar Tolak Normalisasi dengan Suriah, Al-Thani: Tidak Layak, Assad Teror Rakyat!

Untuk pertama kalinya, fokus utama adalah kesalahan Iran dan kuasanya, demikian dilansir Kalbar-Terkini,com dari Arab News, Minggu, 20 Februari 2022, tulisan Baria Alamuddin, jurnalis dan penyiar pemenang penghargaan di Timur Tengah dan Inggris.

Editor dari Media Services Syndicate yang telah mewawancarai banyak kepala negara ini menambahkan, dukungan Teheran terus terjadi.

Bukti akan menunjukkan bagaimana milisi yang didukung Iran, dengan sengaja menargetkan non-kombatan, memaksa ribuan orang melarikan diri, dan secara signifikan berkontribusi pada lebih dari 13 juta warga Suriah yang telah mengungsi.

Baca Juga: Alaa Moussa, Monster Suriah yang Diburu Malaikat Maut: Mengungsi dan Terjebak di Kandang Macan

Sementara itu, kalangan pengamat telah mendokumentasikan pasukan Rusia pada 2022, yang secara sistematis menggusur warga melalui serangan udara tanpa pandang bulu terhadap daerah pemukiman dan infrastruktur sipil.

Penelitian baru yang diterbitkan oleh Harmoon Center menggambarkan bagaimana pasukan Assad dan milisi yang bersekutu dengan Iran, dengan dukungan Rusia, memulai kampanye pemindahan paksa skala industri.

Masih menurut Baria, Teheran tidak tertarik pada kembalinya para pengungsi pada titik mana pun di masa depan.

Baca Juga: Sejarah 20 Agustus: Khalid bin Walid Pimpin Pasukan Muslim Kuasai Suriah dan Palestina Tumbangkan Bizantium

Di daerah yang didominasi milisi teroris Hizbullah di dekat perbatasan Lebanon, dan di wilayah timur yang dikendalikan oleh milisi Irak, paramiliter ini telah memblokir kembalinya warga Suriah.

Penghalang Assad atas kembalinya jutaan warga Suriah ini, termasuk memberlakukan suatu undang-undang (UU).

UU ini memungkinkan phak rezim untuk merebut properti dan tanah mereka yang melarikan diri. Daerah perkotaan yang luas, telah diserahkan kepada keluarga besar milisi asing, dan populasi loyalis impor.

Baca Juga: Suriah Kejam Gunakan Gas Beracun, Ribuan Anak Negeri Dikorbankan

Dengan mengembalikan pengungsi Sunni ke daerah-daerah di bawah pengaruh Turki di utara dan timur Suriah, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang memusuhi Suriah, justru 'melakukan pekerjaan Assad untuknya'.

Erdogan sendiri juga disebut terlibat dalam rekayasa demografisnya sendiri, dengan mengorbankan populasi etnis Kurdi.

Asosiasi Suriah untuk Martabat Warga melaporkan bagaimana pihak yang menyebut diri sebagai 'Syiah Wakaf di Deir Al-Zour', menyita tanah pertanian untuk 'berinvestasi dalam proyek pariwisata untuk Iran dan Irak'.

Baca Juga: Dihantui Pembunuhan, Denmark Ancam Pemulangan Pengungsi Suriah

Pihak Syiah Wakaf melakukan penyitaan massal di bawah pengawasan Korps Pengawal Revolusi Islam Iran.

Sementara Irak lewat faksi-faksi milisinya yang korup juga telah mengejar kesepakatan tanah 'di bawah perlindungan rekonstruksi dan rehabilitasi'.

Pemilik tanah yang gagal memberikan dokumentasi atau tidak membayar biaya yang tidak terjangkau, akan segera dicabut.

Iran telah membeli tanah dan properti dengan harga murah, dengan akuisisi besar-besaran di seluruh area strategis di Damaskus, Ibukota Suriah.

Baca Juga: Hari Pertama Ramadhan, Anak Pengungsi Suriah: Bu, Kenapa Kita tidak Minum Susu?

Akusisi ini sudah termasuk tanah di sekitar bandara. Hizbullah pun telah mencuci miliaran dolar AS melalui akuisisi real-estat, dengan fokus ke Damaskus dan wilayah selatan.

Hanya saja disebutkan bahwa khusus sepak terjang Hizbullah ini, akan dengan cepat atau lambat segera ditangani oleh Israel secara militer.

Hizbullah sudah menguasai wilayah luas yang berdekatan dengan Lebanon. Beberapa di antaranya bahkan telah menjadi wilayah inti untuk pembuatan obat berbasis amfetamin Captagon.

Baca Juga: Hari Pertama Ramadhan, Anak Pengungsi Suriah: Bu, Kenapa Kita tidak Minum Susu?

Ratusan juta tablet diekspor, menuai miliaran dolar AS pendapatan untuk Hizbullah dan Assad. Hizbullah mendominasi Lebanon selatan, Beirut selatan dan wilayah Beqaa.

Investasi juga dilakukan untuk properti di seluruh bagian Lebanon utara yang miskin, dan memanfaatkan situasi ekonomi yang mengerikan untuk keuntungan,

Iran melenturkan otot-otot kekuatan lunaknya dengan mengubah properti Suriah yang disita, menjadi pusat komunitas Syiah, lembaga pendidikan, pusat keagamaan, dan tempat suci.

Para pemuda yang menganggur dipaksa untuk bergabung dengan milisi yang didanai Iran.

Baca Juga: Bantai 10 Warga AS, Alissa ternyata Imigran Suriah

Departemen bahasa Farsi telah dibuka di institusi pendidikan tinggi.

Pun kursus bersubsidi besar, dengan komponen ideologis yang berat, datang dengan insentif tambahan, seperti perjalanan ke Iran, yang tentu saja dimanfaatkan untuk tujuan indoktrinasi.


Inisiatif-inisiatif ini menggambarkan distorsi besar anggaran negara Iran, yang gagal menawarkan jaring pengaman paling tipis bagi penduduknya.

Kendati pendudukdi negerinya sendiri telah kurus karena kelaparan, Iran terus menyalurkan miliaran dolar AS melalui yayasan buram, untuk tujuan investasi di negara-negara satelit dan pasukan paramiliter terkait.

Kehadiran jutaan warga Suriah yang tidak terbatas memiliki dampak yang tidak berkelanjutan di Lebanon, Yordania, dan Turki. Populasi pengungsi Palestina Libanon yang besar, merupakan faktor utama destabilisasi dalam memicu perang saudara tahun 1970-an.

Hassan Nasrallah berperan yang dijuluki 'hantu Daesh' (ISIS), menilai bahwa semua penganut Islam Sunni adalah teroris yang menunggu dibantai.

Mereka adalah generasi yang traumatik, miskin, dan tidak bersekolah, dan menjadi objek perekrutan yang sempurna untuk kelompok-kelompok ekstremis.

Negara-negara ini duduk di atas bom waktu yang sengaja diciptakan dengan mengabadikan konflik Suriah dan rekayasa demografis skala besar.

Melalui pemindahan massal, akuisisi massal, dan pembunuhan massal, Teheran membuat Israel secara tak terelakkan, akhirnya menindak Suriah untuk menetralisir negara satelit Iran ini, ketika dunia sengaja memalingkan muka.

Pasca 1979, Iran dengan gigih berusaha mengusir AS dari kawasan, pemberantasan Israel, dan pembentukan perang proksi untuk menyerbu negara-negara Arab.

"Beberapa tahun yang lalu, saya menulis sebuah artikel, yang menyatakan bahwa Iran telah mencuri lebih dari 20 kali luas tanah Arab, yang dicuri oleh Israel," kata Baria dalam tulisannya.

Iran juga disebut bertanggung jawab atas lebih dari 100 kali hilangnya nyawa orang Arab. Perampasan tanah Suriah dan rekayasa demografis, adalah kasus tentang Teheran.

Iran merombak wilayah tersebut, sesuai dengan visi ekspansionisnya yang agresif, mengubah negara-negara Arab menjadi negara gagal.

Namun, negara gagal terbesar di kawasan itu adalah Iran sendiri.

Jika AS benar-benar berhasil membuat kesepakatan nuklir dengan Iran, maka Teheran akan memiliki miliaran dolar AS sebagai dana tambahan yang tidak dibekukan untuk membeli kedaulatan Suriah dengan harga murah, dan semakin memperbesar pasukan paramiliternya.


Bagi rezim Assad yang bangkrut secara finansial dan moral, menjual tanah Suriah yang dicuri ke Iran, memiliki manfaat langsung.

Assad berutang segalanya ke Teheran, tetapi dia telah menjadikan dirinya boneka, yang bisa sesuka hati disingkirkan oleh Rusia dan Iran.

"Assad berkeinginan untuk kembali ke Arab, tapi bagaimana ini bisa terjadi, ketika tindakannya sendiri melepaskan Suriah dari identitas Arab-nya?" tulisnya.

Menurut Baria, orang-orang Arab pernah percaya bahwa Palestina tidak mungkin kehilangan karakter esensial Arab-nya.

Namun di sini, muncul realita untuk menghadapi Israel. Jika para pemimpin Suriah, warga Suriah sendiri dan dunia Arab tidak memanfaatkan momen ini, maka Suriah berisiko menjadi sama tersesatnya dengan Palestina.***

Sumber: Artikel tulisan Baria Alamuddin di Arab News, edisi Minggu, 20 Februari 2021; Baria adalah jurnalis dan penyiar pemenang penghargaan di Timur Tengah dan Inggris; editor dari Media Services Syndicate yang telah mewawancarai banyak kepala negara.***

Editor: Arthurio Oktavianus Arthadiputra

Sumber: Arab News

Tags

Terkini

Terpopuler