Rudal Hwasong 12 Korut Bersiaga Ratakan AS, Kim Jong Uun: Menukik dari Luar Angkasa!

31 Januari 2022, 14:48 WIB
SEORANG warga menyaksikan siaran berita TV mengenai peluncuran rudal Korut, di Stasiun KA Seoul Korsel, Minggu 29 Maret 2020. Korea kembali mengancam Amerika dengan akan meluncurkan rudal balistik yang mampu menjangkau luar angkasa dan daratan Amerika. /ANTARA/

KALBAR TERKINI - AMERIKA Serikat siaga penuh menyusul ancaman dari Presiden Korea Utara Kim Jong-un.

Pada Senin, 21 Januari 2022 ini, Kim mengkonfirmasi bawah sehari sebelumnya.

Pihaknya berhasil menguji coba rudal yang mampu mencapai wilayah AS di Guam lewat luar angkasa.

Baca Juga: Korut Genjot Uji Coba Rudal, Siapkan Rudal Nuklir untuk Ratakan Negara AS

Pernyataan pihak Korut untuk meratakan wilayah AS hingga negara AS di daratan Benua Amerika ini, diklaim tak bsa diremehkan sejak pernyataan itu muncul sejak 2017.

Ini terjadi ketika nama Guam menjadi terkenal di dunia akibat ancaman pertama Korut untuk meratakannya dengan rudal balistik itu.

Rudal Hwasong-12 kebanggaan diktator Korut kelahiran 8 Januari 1983 ini, secara rahasia kerap diuji coba sejak dibuat pada 2017.

Terkait rencaa serangan serangkaian tembakan senjata yang panas untuk memperoleh kemampuan meluncurkan serangan nuklir ke pangkalan militer AS di Timur Laut. Asia Pasifik dan bahkan tanah air Amerika.

Baca Juga: Biden Bernafsu Kirim Rudal ke Israel: Dilawan Partainya di Parlemen AS

Rudal Hwasong-12 adalah senjata darat-ke-darat berkemampuan nuklir, dengan jangkauan maksimum 4.500 kilometer (2.800 mil) ketika ditembakkan pada lintasan standar.

Ini adalah jarak yang cukup untuk mencapai Guam, rumah bagi pangkalan militer AS, yang di tengah ketegangan pada masa lalu, mengirim armada pesawat tempur canggih ke Semenanjung Korea untuk unjuk kekuatan.

Pada Agustus 2017, di puncak permusuhan dengan pemerintahan Presiden AS Donald Trump saat itu, Korut mengancam akan membuat'api yang menyelimuti' di dekat Guam dengan serangan Hwasong-12.

Baca Juga: Jika Taiwan Diserang, Rudal Australia Hadang China

Dilansir Kalbar-Terkini.Com dari The Associated Press, Senin siang ini, uji coba peluncuran rula itu pada Minggu kemarin, bisa menjadi awal serangkaian provokasi yang lebih besar oleh Korut.

Provokasi-provokasi itu, seperti uji coba nuklir dan rudal jarak jauh, telah menimbulkan ancaman langsung ke daratan AS.

Ketika Korut mencoba untuk lebih menekan pemerintahan Presiden Joe Biden, dan menunjukkan reaksinya atas potensi sanksi lebih lanjut dari AS.

Beberapa ahli menilai, uji coba itu dimaksudkan untuk memenangkan keringanan sanksi atau pengakuan internasional sebagai negara nuklir yang sah.

Baca Juga: Rudal Iskander Bunuh 94 Warga Sipil, Azerbaijan Seret Armenia ke Pengadilan Internasional

Kantor Berita Pusat Korea, KCNA, melaporkan bahwa tujuan tes itu untuk memverifikasi keakuratan keseluruhan dari Hwasong-12 yang sedang dikerahkan di militernya.

KCNA menerbitkan dua set foto kombinasi - satu menunjukkan rudal naik dari peluncur dan melonjak ke luar angkasa.

Foto-foto lainnya menunjukkan bahwa Korut dan daerah terdekat, yang diklaim difoto dari luar angkasa oleh kamera yang dipasang di hulu ledak rudal.

Hanya saja, The Associated Press terkait berita ini menyatakan, pihaknya memutuskan untuk tidak menggunakan gambar tersebut, karena keaslian foto tidak dapat diverifikasi.

Korut sendiri menklaim, rudal itu diluncurkan ke arah perairan lepas pantai timurnya di sudut yang tinggi, untuk mencegah terbang di atas negara lain, kendati pernyataan itu dilaporkan tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Sementara menurut penilaian Korea Selatan dan Jepang, rudal itu terbang sekitar 800 kilometer (497 mil), dan mencapai ketinggian maksimum 2.000 kilometer (1.242 mil, sebelum mendarat di antara Semenanjung Korea dan Jepang.

Rincian penerbangan yang dilaporkan, menjadikannya sebagai rudal paling kuat yang telah diuji oleh Korut sejak 2017, ketika negara itu meluncurkan Hwasong-12.

Peluncuran sejak 2017 dari rudal jarak jauh ini terkait dengan serangkaian tembakan senjata yang panas, untuk memperoleh kemampuan meluncurkan serangan nuklir ke pangkalan militer AS di Timur Laut, Asia Pasifik, bahkan di tanah air AS.

Pada 2017, Korut juga melakukan uji coba rudal balistik antarbenua. yang disebut Hwasong-14 dan Hwasong-15.

Menurut para ahli, ini menunjukkan kapasitas potensial dari rudal jenis itu untuk mencapai daratan AS.

Namun, beberapa analis menilai, Korut masih perlu melakukan uji terbang ICBM tambahan untuk membuktikannya, dan mengatasi rintangan teknologi terakhir yang tersisa.

Di antaraya, untuk melindungi hulu ledak dari panas ekstrem, dan tekanan saat memasuki kembali atmosfer bumi.

Dalam beberapa bulan terakhir, Korut telah meluncurkan berbagai sistem senjata, dan mengancam akan mencabut moratorium empat tahun untuk uji coba senjata yang lebih serius, seperti ledakan nuklir, dan peluncuran ICBM.

Peluncuran pada Minggu kemarin adalah putaran ketujuh peluncuran rudal Korut pada Januari 2022 ini saja.

Adapun senjata lain yang diuji baru-baru ini, termasuk rudal hipersonik yang sudah dikembangkan, dan diluncurkan dari kapal selam.

Analis Cheong Seong-Chang di Institut Sejong swasta di Korsel menyatakan, peluncuran Hwasong-12 dipandang sebagian melanggar moratorium uji senjata Korut.

Pada April 2018, ketika Korut menangguhkan uji coba nuklir dan ICBM, menjelang diplomasi yang berakhir tidak aktif dengan pemerintahan Trump.

Awalnya, jelang pertemuan Kim dan Trump, Kim menyatakan pihaknya tidak perlu lagi menguji rudal jarak menengah.

Cheong menambahkan, Korut kemungkinan akan menguji peluncuran rudal jarak jauh yang ada, jika AS mempelopori sanksi baru.

Pakar lain menilai, Korut juga bisa melakukan uji coba nuklir.

Sebab, Korut telah secara terbuka berjanji untuk menambahkan ICBM dan hulu ledak nuklir, yang lebih kuat di gudang senjatanya.

Rudal-rudal ini termasuk ICBM jarak jauh dengan kemampuan serangan presisi.

ICBM dibekali bahan bakar padat, sehingga meningkatkan mobilitas senjata, merupakan rudal multi-hulu ledak, dan juga dilengkapi satelit mata-mata, serta hulu ledak berukuran super.

Setelah peluncuran pada Minggu lalu, para pejabat Gedung Putih menegeaskan bahwa mereka melihat uji coba rudal terbaru itu.

Sebagai bagian dari serangkaian provokasi yang meningkat selama beberapa bulan terakhir, yang semakin mengkhawatirkan.

Pemerintahan Biden berencana untuk menanggapi uji coba rudal terbaru ini dalam beberapa hari mendatang, dengan langkah yang tidak ditentukan.

Tujuannya, menunjukkan kepada Korut bahwa Pemerintah AS berkomitmen untuk melindungi keamanan sekutunya di wilayah tersebut.

Menurut seorang pejabat senior pemerintah, yang memberi pengarahan kepada wartawan dengan syarat anonimitas.

Pejabat itu menambahkan, Pemerintah AS memandang uji coba rudal pada Minggu lalu itu sebagai yang terbaru, dari serangkaian provokasi Korut untuk mencoba memenangkan keringanan sanksi dari AS. konstruktif saat ini.

Pejabat Korea Selatan dan Jepang juga mengutuk peluncuran itu, karena melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB, yang melarang negara itu menguji coba rudal balistik dan senjata nuklir.

Diplomasi yang dipimpin AS, yang bertujuan meyakinkan Korut untuk meninggalkan program nuklirnya.

Sebagian besar masih terhenti sejak pertemuan puncak kedua antara Kim dan Trump gagal pada awal 2019.

Kegagalan inidisebabkan terjadinya perselisihan mengenai sanksi. Korut telah menolak untuk kembali ke pembicaraan, dengan alasan permusuhan yang ditunjukkan tanpa henti dari AS.

Para pengamat menilai, Korut dapat menangguhkan uji coba senjata selama Olimpiade Musim Dingin Beijing.

Ini karena China adalah sekutu terpentingnya dan pemberi bantuan.

Tetapi ditegaskan bahwa Korut dapat menguji senjata yang lebih besar.

Ketika Olimpiade Beijing berakhir, dan militer AS dan Korea Selatan sebagai sekutunya, memulai latihan militer musim semi tahunan mereka.

Teritorial Guam adalah sebuah pulau di bagian barat Samudera Pasifik, dan juga sebuah wilayah tak berbadan hukum yang terorganisir di AS.

Ibu kotanya adalah Hagatna, dulunya bernama Agana.

Ekonomi Guam berasal dari sektor pariwisata (90 persen turis berasal dari Jepang) dan pangkalan Tentara AS.

Sebagai salah satu teritorial AS yang paling dekat dengan Garis Tanggal Internasional, Guam dijuluki sebagai 'tempat di mana Amerika dimulai', sehingga frasa itu menjadi semboyan teritorial pulau itu.

Guam merupakan sebuah contoh utama dari efek berbahaya sebuah spesies invasif: seekor ular pohon cokelat (Boiga irregularis) yang berbahaya, namun tidak membahayakan.

Ular itu berkembang di Guam setelah 'sukses' menyelinap masuk ke dalam kapal pengangkut tentara AS secara diam-diam pada akhir Perang Dunia II. Kapal itu berangkat dari Filipina menuju Guam.

Di Guam, ular itu membunuh hampir seluruh populasi burung di pulau itu, yang awalnya bebas ular.

Ular itu tidak memiliki pemangsa alami di Guam sehingga Guam sekarang ini menjadi salah satu wilayah dengan kepadatan ular yang tertinggi di dunia (2.000 ular per kolometer persegi).

Guam dulunya adalah jajahan Spanyol yang kemudian jatuh ke tangan AS pada akhir 1898.

Saat Perang Dunia II, Guam menjadi salah satu pulau pertama yang diserbu oleh Jepang, dan penduduknya disiksa.

Guam berhasil dibebaskan oleh AS pada 21 Juli 1944, dan dirayakan dengan meriah setiap tahun.

Guam sendiri dikenal luas pada 2017, saat terjadi krisis antara AS dan Korut, saat Korut pertama kali mengancam akan menyerang Guam dengan misil balistik yang membawa bom nuklir di teritori AS yang paling dekat dengan Korut itu.***

Editor: Slamet Bowo Santoso

Sumber: Berbagai Sumber Wikipedia The Associated Press

Tags

Terkini

Terpopuler