Sebut Wayang Kulit Asal Malaysia, Berikut Profil Perusahaan Adidas dari Pertama Rilis hingga Berkelas Dunia

16 November 2021, 21:52 WIB
Adidas Singapura meminta maaf usai menyebut wayang kulit berasal dari Malaysia /Instagram @adidassg

KALBAR TERKINI - Sebut Wayang Kulit Asal Malaysia, Berikut Profil Perusahaan Adidas dari Pertama Rilis hingga Berkelas Dunia

Perusahaan Sepatu kelas dunia Adidas sempat melakukan kesalahan fatal dengan menyebut wayang kulit merupakan kesenian tradisional asal Malaysia.

Setelah mendapat respon negatif atas pengakuannya tersebut, Adidas segera meminta maaf dan meralat pernyataannya melalui akun instagram @adidassg.

Baca Juga: Sempat Klaim Wayang Kulit dari Malaysia, Adidas Minta Maaf

Lalu siapa sebenarnya Adidas, berikut profil lengkap perusahaan multinasional tersebut dilansir Kalbarterkini.com dari www.glngirwn.com. 

Adidas AG adalah perusahaan multinasional Jerman, didirikan dan berkantor pusat di Herzogenaurach, Jerman.

Adidas berhasil mencatat sejarah sukses dalam setiap produk sepatu, pakaian, dan aksesori mereka.

Brand ini adalah produsen pakaian olahraga terbesar di Eropa, dan terbesar kedua di dunia.

Adidas didirikan oleh Adolf “Adi” Dassler, adik kandung dari Rudolf Dassler yang merupakan pendiri brand Puma.

Baca Juga: 26 Wisata Jambi Terbaik Dan Terpopuler,Nikmati Pesona Wisata Alam Serta Budaya Warisan Kerajaan Sriwijaya

Sejarah Perusahaan

Adidas didirikan oleh Adolf “Adi” Dassler yang membuat sepatu di ruang cuci atau ruang cuci ibunya di Herzogenaurach, Jerman setelah Perang Dunia I.

Pada Juli 1924, kakak laki-lakinya, Rudolf bergabung dengan bisnis tersebut yang kemudian lahirlah “Dassler Brothers Pabrik Sepatu “(Gebrüder Dassler Schuhfabrik).

Dassler membantu dalam pengembangan sepatu lari berpaku (spike) untuk beberapa pertandingan atletik.

Kedua Dassler bersaudara bergabung dengan NSDAP pada Mei 1933 dan menjadi anggota Korps Motor Sosialis Nasional.

Baca Juga: Tato Suku Dayak, Budaya Dari Bumi Kalimantan Yang Eksotis, Anthony Kiedis Red Hot Chili Peppers Menggunakannya

Selama perang dunia kedua (1939-1945), perusahaan itu menjalankan pabrik sepatu olahraga terakhir di negara itu dan memasok sepatu ke Wehrmacht.

Namun pada tahun 1943, produksi sepatu dipaksa berhenti beroperasi dan fasilitas serta tenaga kerja perusahaan digunakan untuk membuat senjata anti-tank.

Pabrik Dassler, yang digunakan untuk produksi senjata anti-tank selama Perang Dunia Kedua, hampir dihancurkan pada tahun 1945 oleh pasukan AS.

Akan istri Adolf Dassler berhasil meyakinkan GI bahwa perusahaannya hanya tertarik pada pembuatan sepatu olahraga.

Baca Juga: Chanyeol EXO, L INFINITE, Daehyun B.A.P Bergabung di Meisa’s Song, Drama Musikal Militer Dua Budaya

Pasukan pendudukan Amerika kemudian menjadi pembeli utama sepatu Dassler bersaudara.

Namun hubungan kedua bersaudara itu pun memburuk, Rudolf menganggap bahwa adiknya Adolf telah melaporkannya sebagai mata-mata, membuat Rudolf menjadi tawanan tentara inggris.

Mereka memutuskan berpisah pada tahun 1948 dan Adolf Dassler mendirikan Adidas dan Rudolf Dssler mendirikan PUMA.

Kedua perusahaan tersebut sama-sama masih berbasis di Herzogenaurach, Jerman.

Kematian mendadak Horst Dassler di tahun 1987, dua tahun sepeninggal ibunya, Käthe, menjadi saat-saat yang sulit bagi Adidas.

Setelah keluarga Dassler tidak lagi menangani perusahaan, kepemimpinan sempat berganti-ganti dan terdapat keputusan strategis yang kurang matang sehingga menyebabkan kerugian besar dalam sejarah di tahun 1992.

Pada ujung kebangkrutan CEO Robert Louis-Dreyfus bersama dengan koleganya Christian Tourres, sangat memahami bahwa Adidas hanya perlu arahan baru.

Dia mengubah fokus perusahaan yang dulunya berfokus pada penjualan menjadi berfokus pada pemasaran dan mengembalikan perkembangan pesat dalam sejarah Adidas.

Pada tahun 1995 Adidas berubah menjadi perusahaan publik.

Brand Adidas

Pada tanggal 18 Agustus 1949, Adi Dassler memulai kembali semua saat dia berusia 49 tahun, mendaftarkan “Adi Dassler Adidas Sportschuhfabrik” dan bekerja bersama 47 pegawai di kota kecil bernama Herzogenaurach.

Pada hari yang sama, dia mendaftarkan sepatu sekaligus menyertakan motif Adidas 3-Stripes. Desain 3-Stripes ini yang kemudian menjadi identitas Adidas hingga saat ini.

Tiga garis tersebut merupakan tanda identitas Adidas, yang digunakan pada desain pakaian dan sepatu perusahaan sebagai alat bantu pemasaran.

Pencitraan merek, yang dibeli Adidas pada tahun 1952 dari perusahaan olahraga Finlandia Karhu Sports seharga 1.600 euro dan dua botol wiski.

Menjadi begitu sukses sehingga Dassler menggambarkan Adidas sebagai “Perusahaan tiga garis”.

Walaupun nama Adidas adalah singkatan dari nama pendiri dolf “Adi” Dassler namun sebagian pihak berpendapat bahwa sebetulnya Adidas adalah sebuah singkatan dari “All day I dream about sports” (Tiap hari aku bermimpi tentang olahraga).

Hal ini mengingat bila tiap huruf pertama dari kata yang terkandung dalam kalimat akan membentuk kata Adidas yang juga mendukung semangat olahraga.

Pada tahun 1972, seluruh perhatian dunia tertuju pada Jerman Saat pembukaan Olimpiade di Munchen.

Tepat dalam perhelatan akbar tersebut, Adidas memperkenalkan logo baru yang kini menjadi salah satu ikon untuk brand sepatu jerman ini yaitu Trefoil yang kemudian menjadi simbol produk-produk performa olahraga.

Kini, koleksi produk Adidas Originals mewakili lifestyle dan streetwear.

Sejak tahun 1949 grup Adidas telah menjadi bagian dari dunia olahraga di segala bidangnya dengan menawarkan sepatu, pakaian serta beragam aksesori pelengkap olahraga yang bernilai seni pada setiap produknya.

Sekarang, grup Adidas telah mengglobalisasi dan menguasai di bidang industri produk olahraga dan menawarkan portfolio yang begitu luas dari segi produk di seluruh dunia.

Perpaduan Seni dan Olahraga

Grup hip hop yang bermarkas di Amerika Serikat, Run DMC pernah merilis lagu berjudul “my Adidas”.

Lagu ini bercerita tentang kerja keras seseorang di lingkungan bermasalah dan antusiasme sejati terhadap sepatu sneaker mereka.

Adidas sendiri baru saja mengetahui tentang lagu ini saat grup music ini mengangkat sepatu 3-Stripes selama konser di depan 40.000 penggemar yang dilihat oleh salah satu karyawan Adidas.

Setelah lagu tersebut meledak, kemudian Run DMC dan Adidas menjadi mitra unik yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Perpaduan antara seni dan olahraga ini tidak hanya mencetuskan tren street fashion yang tak lekang oleh waktu.

Namun juga menandai munculnya promosi produk nonatletik dalam industri produk olahraga Adidas.***

Editor: Slamet Bowo Santoso

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler