Duel Houthi vs Saudi Tewaskan Puluhan Orang, Biden Siap Cabut Status Teroris

15 Februari 2021, 13:38 WIB
KESETIAAN -Para personel di Sana'a mengangkat senjata sebagai bentuk kesetiaan terhadap Suku Houthi./AP VIA DAWN/ /

SANA'A, KALBAR TERKINI - Rencana pemerintahan baru Amerika Serikat (AS) lewat Presiden Joe Biden untuk mencabut status teroris terhadap Houthi tak menyurutkan perang saudara di Yaman. Pada Minggu, 14 Februari 2021, puluhan orang tewas dalam pertempuran sengit antara Houthi dan pasukan pimpinan Arab di Provinsi Marib.

Insiden berdarah ini membuat pesimis banyak kalangan atas upaya Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk mengakhiri perang saudara di Yaman. Padahal, Biden pada awal Februari ini berjanji akan menarik dukungannya terhadap militer Arab Saudi termasuk penghentikan penjualan senjata.

Dilansir Kalbarterkini.com dari harian Pakistan, Dawn yang melaporkan dari Sana'a, Ibu Kota Yaman, Senin, 15 Februari 2021, perang sengit ini membuat banyak pihak pesimis terkait berakhirnya perang saudara yang sudah terjadi selama bertahun-tahun.

Awal Februari ini, pemberontak Houthi yang didukung Iran memperbarui serangannya  ke Marib, provinsi kaya minyak yang selama ini merupakan basis anti-Houthi. Belakangan, terjadi pertempuran sengit yang menewaskan puluhan orang. Belum ada laporan mengenai pihak mana yang personelnya paling banyak tewas.

Baca Juga: Mimpi Buruk Saat Derita Covid-19, Ari Lasso Merasa Bertemu Iblis

Perang Yaman dimulai pada 2014, ketika pemberontak Houthi merebut Sanaa, dan sebagian besar wilayah lauinnya di utara Yaman. Beberapa bulan kemudian, pasukan pimpinan Arab Saudi atas dukungan AS, berhasil mengusir Houthi dan memulihkan pemerintah yang diakui secara internasional.

Konflik yang telah menewaskan sekitar 130 ribu orang itu tercatat sebagai bencana kemanusiaan terburuk di dunia.

Bersikeras Rebut Marib

Pemberontak Houthi tetap berusaha untuk merebut kendali atas Marib, menutup perbatasan selatan Arab Saudi, dan menguasai ladang minyak di provinsi itu, sehingga menguatkan posisi Houthi jika terjadi negosiasi damai. 

Khawatir Houthi bakal semakin kuat, koalisi pimpinan Arab Saudi mengebom konvoi Houthi di gurun yang luas di kawasan Marib. Salah satu media milik Houthi melaporkan, Selasa, 9 Februari 2021, setidaknya 10 serangan udara dilancarkan oleh koalisi pimpinan Arab Saudi di Marib. 

Dua serangan udara lainnya terjadi di provinsi tetangga, Jaw yang merupakan basis pemberontak Houthi sekaligus pangkalan mereka untuk melancarkan serangan terbaru ke Marib. Lebih dari 48 pejuang Houthi tewas, dan lebih dari 120 lainnya terluka dalam dua hari terakhir ini. "Sebagian besar korban adalah dari militan Houthi," kata para pejabat.

Sementara itu, lebih dari dua lusin personel Houthi lainnya dilaporkan tewas selama awal serangan, yang sebagian besar berpusat di distrik Sorouh dan Makhdara. Pemberontak Houthi sejak awal 2020 gencar menyerang Marib dari beberapa sisi sehingga mengancam nyawa warga di ibu kota provinsi itu. 

Baca Juga: Siapkan Dana Rp20 Triliun, Kemenaker Buka Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 12

Marib yang memiliki Bendungan Marib Besar kuno merupakan surga bagi ratusan ribuan warga Yaman yang melarikan diri dari serangan Houthi sejak dimulainya perang saudara itu. Serangan Houthi pada 2020 telah memicu gelombang pengungsian ke Marib. 

Pertempuran di Marib bisa menggagalkan upaya baru PBB untuk kembali melakukan negosiasi antara pihak-pihak yang bertikai. Hanya saja sejak 2019, PBB belum melakukan negosiasi yang substantif.  

Baca Juga: Diisi Kalangan Muda NU, Pengurus Serikat Nelayan Nahdlatul Ulama Optimis Bisa Tingkatkan Perekonomian Nelayan

Pekan lalu, utusan PBB Martin Griffiths menyatakan keprihatinannya atas permusuhan di Marib. Terutama selama momentum diplomatik terkait langkah-langkah terbaru negoisasi atas dukungan pemerintah baru AS lewat lewat Presiden Joe Biden.*** 

 

Editor: Oktavianus Cornelis

Sumber: Dawn Today's Paper

Editor: Oktavianus Cornelis

Tags

Terkini

Terpopuler