Profil Salman Rushdie, Penulis Buku Ayat-ayat Setan asal India yang Ditikam di New York Amerika

14 Agustus 2022, 11:03 WIB
Salman Rushdie sempat berbicara di PBB sebelum mendapat serangan pisau di New York, Amerika Serikat.* /Reuters

  KALBAR TERKINI - Salman Rushdie mengalami kejadian yang mengejutkan yakni ditikam dan dipukul orang tak dikenal.

Saat itu Salman Rushdie sedang berada di New York dan hendak naik ke atas panggung. 

Siapa sebenarnya Salman Rushdie, berikut profil lengkapnya dilansir Kalbarterkini.com dari berbagai sumber.

Salman Rushdie merupakan penulis pemenang Booker Prize sekaligus penulis salah satu buku paling kontroversial.

Baca Juga: Salman Rushdie Dicincang Pisau dan Tinju: Penista Islam lewat 'Ayat-ayat Setan'

Salman Rushdie lahir di Bombay, India, pada tanggal 19 Juni 1947. Dia dibesarkan di sebuah keluarga kelas menengah dan dididik di Bombay dan Inggris.

Novel pertama Rushdie adalah Grimus yang diterbitkan tahun 1975. Pada tahun 1981, dia menerbitkan novel Midnight’s Children yang memenangkan Booker Prize.

Grimus bukan merupakan novel yang sangat terkenal, tetapi Midnight’s Children sangat dipuji dan berpengaruh dalam banyak tulisan India modern.

Baca Juga: Iran 'Cuek Bebek' Tanggapi Penikaman Salman Rushdie, Marandi: Aneh...

Namun, novel Ayat-ayat Setan (The Satanic Verses), diterbitkan tahun 1988, yang membuat Salman Rushdie dikenal di seluruh dunia.

Banyak penganut Islam berpendapat isi novel Ayat-ayat Setan sebagai menghujat Nabi Muhammad.

Akibatnya, buku ini dilarang di banyak negara dengan komunitas Muslim yang besar. Hanya saja, konsekuensi ternyata melebihi hanya sekedar pelarangan.

Pada tanggal 14 Februari 1989, sebuah fatwa diumumkan oleh pemimpin Iran di Radio Teheran.

Pemimpin Iran, Ayatollah Ruhollah Khomeini, menyatakan bahwa Ayat-ayat Setan merupakan novel terlarang dan sang penulis harus dieksekusi.

Hadiah ditawarkan untuk kepala Rushdie. Khomeini juga menyatakan siapa pun yang mati saat berusaha membunuh Rushdie akan dianggap sebagai martir.

Akibat fatwa tersebut, Salman Rushdie harus selalu bersembunyi selama bertahun-tahun, serta mesti sering berpindah tempat.

Dia harus mendapatkan penjagaan hampir selama 10 tahun dan terus-menerus dipindahkan ke lokasi rahasia sampai fatwa dibatalkan tahun 1998.

Namun, penjaga revolusioner Iran kembali memerintahkan pembunuhan Salman Rushdie pada tahun 2003.

Sejak penerbitan Ayat-ayat Setan, kekerasan dan kematian seakan mengikuti di belakangnya.

Orang-orang yang dikaitkan dengan penerbitan dan penerjemahan buku mengalami serangan serius, bahkan beberapa diantaranya dibunuh.

Meskipun menjadi sasaran fatwa mati, Salman Rushdie tidak pernah berhenti berbicara tentang fanatik agama yang rela membunuh sebagai penyikapan atas sesuatu yang berbeda.

Rushdie mengatakan meskipun dunia muslim dihuni oleh fanatik, tetapi juga memiliki individu berani dan berpikiran maju.

Namun, dia khawatir bahwa jika para fanatik dibiarkan, fatwa tidak lagi hanya berlaku untuk kepalanya, tapi juga untuk dunia.

Dia mengklaim bahwa dunia barat kini perlahan mengubah cara berpikir dan melakukan sensor karena takut akan pembalasan.***

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: Berbagai Sumber France 24

Tags

Terkini

Terpopuler