Warga Xinjiang, dilansir media lokal di daerah otonom tersebut, sepakat bahwa Zenz adalah penyebar rumor kerja paksa dan isu lain yang berkaitan dengan Xinjiang yang telah merusak reputasi dan menyebabkan mereka menderita kerugian ekonomi. Mereka telah mengajukan gugatan perdata ke pengadilan lokal di Xinjiang, menuntut Zenz meminta maaf, memulihkan reputasi, dan memberi kompensasi atas kerugian mereka.
Dalam beberapa tahun terakhir, lelaki kelahiran 1974 ini dilaporkan memalsukan penelitian akademis palsu di Xinjiang, kemudia menyebarkan desas-desus, seperti pemberlakuan pengawasan skala besar terhadap etnis minoritas lokal, dan kerja paksa orang Uighur..
Tak Pernah ke Xinjian
Masih dilansir Global Times dari media lokal Xinjiang, klaim palsu ini telah diikuti oleh media Barat karena disesatkan oleh rumor seperti itu di Xinjiang. Akibatnya, beberapa negara dan perusahaan telah mengurangi bahkan menghentikan impor produk kapas dari Xinjiang yang menyebabkan petani dan perusahaan pengolahan kapas di Xinjiang menderita kerugian yang sangat besar.
Dilansir dari Wikipedia, Zenz adalah seorang antropolog Jerman yang dikenal karena mengkaji kamp re-edukasi Xinjiang. dan anggota senior untuk kajian Tiongkok di Yayasan Tugu Peringatan Komunisme. Sementara menurut The Grayzone, Zenz adalah sumber yang sering dikutip media untuk segala sesuatu yang terjadi di pusat pelatihan kejuruan China.
Sementara menurut laman En.People. Cn, 7 Februari 2021, Zenz berada di balik kebohongan tentang apa yang disebut penindasan umat Islam di Xinjiang, China. Di luar semua identitasnya, Zenz menjadi terkenal karena studinya tentang apa yang disebut penindasan Muslim di Xinjiang.
Hasil penelitiannya, diklaim berasal dari laporan palsu dan fiktif tentang Xinjiang. Meskipun belum pernah ke Xinjiang, studinya di wilayah tersebut telah lama mendapatkan liputan yang tidak kritis dari media. Sebutlah ketika pada 2019, Zenz menerbitkan penelitian yang menyebutkan bahwa sekitar sejuta orang Uigur ditahan di Xinjiang sejak akhir 2016.
Zenz mengklaim telah memperkirakan jumlahnya berdasarkan ekstrapolasi dari angka subsidi tunjangan makanan dari pemerintah China. Berita dari Newsweek Jepang membocorkan rahasia studinya dengan melaporkan bahwa perkiraan Zenz itu bersumber dari Istiqlal TV yang berbasis di Turki.
Laporan media Jepang itu diklaim memperjelas bahwa Zenz menyebarkan pernyataan separatis Uygur atas nama studi independen. Zenz juga diklaim berbohong ketika menerbitkan studi lain bahwa Pemerintah China menjalankan program kontrasepsi paksa di Xinjiang.
Beberapa ahli kesehatan masyarakat menemukan banyak kekurangan dalam penelitian tersebut sehingga mempertanyakan kebenaran metodologi penelitiannya dan keaslian hasilnya, karena Zenz hanya mewawancarai delapan wanita yang juga tinggal di AS.***