Adrian Zenz, Inilah Orang yang Diburu China: Dituding Dalang Rumor Sesat Kasus HAM Uighur

9 Maret 2021, 22:16 WIB
DICARI CHINA - Inilah Adrian Zenz, warga negara Jerman, yang diklaim sebagai pembuat rumor sesat dan anti-China sejati. Akibat penelitian fiktifnya di Xijian yang tak pernah didatanginya, Pemerintah China dituding melakukan pelanggaran HAM terhadap etnis Muslim Uighur di Daerah Otonomi Xinjiang, barat laut Tiongkok./TAGESSCHAU/ /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

KALBAR TERKINI  - Pelanggaran  HAM yang dituding dilakukan Pemerintah China terhadap etnis Muslim Uighur di Daerah Otonomi Xinjiang, barat laut Tiongkok, tak lepas dari peran Adrian Zenz. Warga negara Jerman ini diklaim oleh berbagai kalangan di Tiongkok sebagai seorang pembuat rumor sesat dan anti-China sejati. 

Zenz dituding pula sebagai seorang  Kristen fundamentalis sayap kanan Jerman, yang percaya bahwa dirinya dipimpin oleh Tuhan dalam misi melawan China.

Selain itu, Zenz disebut pula sebagai anggota Yayasan Memorial Korban Komunisme, sebuah organisasi sayap kanan yang didirikan oleh Pemerintah AS pada 1993, dan anggota sebuah organisasi penelitian bentukan intelijen AS untuk melawan pusat pendidikan dan pelatihan kejuruan di Xinjian. 

Baca Juga: Bangun Stasiun di Bulan, Rusia-China Teken 'MOU'

Baca Juga: Munafik Perangi Kartel, Presiden Honduras Dalangi Penyelundupan Kokain ke AS!

Baca Juga: Segera Legalkan Narkoba, Mampukah Meksiko Hentikan Perang Kartel?

Dilansir Kalbar-Terkini.com dari Global Times, Selasa, 9 Maret 2021, disebutkan bahwa warga Uighur lewat media-media lokal di Xinjiang menyesalkan perilaku Zens yang mengakibatkan China ditikam dengan tudingan internasional.  

Itu sebabnya, berbagai perusahaan dan individu di Xinjiang sepakat untuk menggugat Zenz, karena dianggap menyebabkan kerusakan reputasi dan kerugian ekonomi di China, khususnya di Xinjiang.

Sejumlah perusahaan dan individu di Daerah Otonomi Xinjiang Uygur China Barat Laut telah memberi kuasa kepada tim pengacara untuk menuntut Zenz, yang menyebut dirinya sebagai Zheng Guoen dalam bahasa China.  

Warga Xinjiang, dilansir media lokal di daerah otonom tersebut,  sepakat bahwa  Zenz adalah penyebar rumor kerja paksa dan isu lain yang berkaitan dengan Xinjiang yang telah  merusak reputasi dan menyebabkan mereka menderita kerugian ekonomi. Mereka telah mengajukan gugatan perdata ke pengadilan lokal di Xinjiang, menuntut Zenz meminta maaf, memulihkan reputasi, dan memberi kompensasi atas kerugian mereka. 

Dalam beberapa tahun terakhir, lelaki kelahiran 1974 ini  dilaporkan memalsukan penelitian akademis palsu di Xinjiang, kemudia menyebarkan desas-desus, seperti pemberlakuan pengawasan skala besar terhadap etnis minoritas lokal, dan kerja paksa orang Uighur..

Tak Pernah ke Xinjian

Masih dilansir Global Times dari media lokal Xinjiang, klaim palsu ini telah diikuti oleh media Barat karena disesatkan oleh rumor seperti itu di Xinjiang. Akibatnya, beberapa negara dan perusahaan telah mengurangi bahkan menghentikan impor produk kapas dari Xinjiang yang menyebabkan petani dan perusahaan pengolahan kapas di Xinjiang menderita kerugian yang sangat besar.

Dilansir dari Wikipedia, Zenz adalah seorang antropolog Jerman yang dikenal karena mengkaji kamp re-edukasi Xinjiang. dan anggota senior untuk kajian Tiongkok di Yayasan Tugu Peringatan Komunisme.  Sementara menurut The Grayzone,  Zenz adalah sumber yang sering dikutip media untuk segala sesuatu yang terjadi di pusat pelatihan kejuruan China.

Sementara menurut laman En.People. Cn, 7 Februari 2021, Zenz  berada di balik kebohongan tentang apa yang disebut penindasan umat Islam di Xinjiang, China. Di luar semua identitasnya, Zenz menjadi terkenal karena studinya tentang apa yang disebut penindasan Muslim di Xinjiang.  

Hasil penelitiannya, diklaim berasal dari laporan palsu dan fiktif tentang Xinjiang.  Meskipun belum pernah ke Xinjiang, studinya di wilayah tersebut telah lama mendapatkan liputan yang tidak kritis dari media. Sebutlah ketika pada 2019, Zenz menerbitkan penelitian yang menyebutkan bahwa sekitar sejuta orang Uigur ditahan di Xinjiang sejak akhir 2016.  

Zenz mengklaim telah memperkirakan jumlahnya berdasarkan ekstrapolasi dari angka subsidi tunjangan makanan dari pemerintah China. Berita dari Newsweek Jepang membocorkan rahasia studinya dengan melaporkan bahwa perkiraan Zenz itu bersumber dari Istiqlal TV yang berbasis di Turki.

Laporan media Jepang itu diklaim memperjelas bahwa Zenz menyebarkan pernyataan separatis Uygur atas nama studi independen. Zenz juga diklaim berbohong ketika menerbitkan studi lain bahwa Pemerintah China menjalankan program kontrasepsi paksa di Xinjiang.

Beberapa ahli kesehatan masyarakat menemukan banyak kekurangan dalam penelitian tersebut sehingga mempertanyakan kebenaran metodologi penelitiannya dan keaslian hasilnya, karena Zenz hanya mewawancarai delapan wanita yang juga tinggal di AS.*** 

 

Sumber: Global Times, Wikipedia & En.People.Cn

 

 

 

Editor: Oktavianus Cornelis

Tags

Terkini

Terpopuler