Peristiwa sejarah itu bermula di tahun 1955 kala bumi Legetang dilanda hujan yang lebat di dukuh tersebut.
Akan tetapi, masyarakat masih terlarut dalam kemaksiatan dan enggan memperdulikan bencana yang akan datang.
Kala masih terjebak dalam euforia itu, tiba-tiba saja terdengar suara keras seperti sebuah benda besar dijatuhkan di sana.
Bahkan, suara tersebut sampai ke desa tetangganya.
Sebagai informasi, masyarakat Dukuh Legetang umumnya menjadi ahli maksiat, sama seperti kaum Sodom dalam kisah Nabi Luth.
Setiap malam, mereka mengadakan pentas Lengger.
Sebuah kesenian tradisional yang dibawakan oleh penari perempuan maupun sesama yang berujung pada tindak perzinaan dan tindak LGBT.
Jika dilihat, kisah di atas sekiranya dapat merepresentasikan apa yang menjadi kondisi dunia hari ini yang, semakin hari semakin menuju arah kehancuran moral.***