Keutamaan Hari ke-23 Ramadhan, Melintas Jembatan Shirathal Mustaqim Bersama Nabi dan Syuhada

- 5 Mei 2021, 09:11 WIB
Shiratal Mustaqim, Jembatan Mengerikan di Akhirat
Shiratal Mustaqim, Jembatan Mengerikan di Akhirat /Tangkapan Layar Youtube Cahaya Ilahi/

KALBAR TERKINI – Pada ibadah puas Ramadhan hari ke-23 Allah SWT memberikan keistimewaan berupa kemudahan melintasi jembatan shirathal mustaqim.

Bukan hanya kemudahan, namun melintasi bersama para Nabi, shiddiqin dan syuhada.

Selain itu pahala kalian seperti memberi makanan kepada setiap anak yatim dari ummat Nabi Muhammad.

Baca Juga: Keutamaan Hari ke-22 Ramadhan, Allah SWT Bebaskan Dari Keganasan Malaikat Munkar dan Nangkir

Juga layaknya memberi pakaian kepada setiap yang telanjang dari ummatku.

Jembatan Siratal Mustaqim atau Jembatan Ash Sirath adalah jembatan yang melintasi Neraka Jahanam.

Barangsiapa gagal melintasinya maka dipastikan memasuki neraka dan barangsiapa yang lolos maka jaminannya surga.

Peristiwa melintasi jembatan tersebut akan menjadi peristiwa menegangkan yang akan dialami manusia.

Saking tegangnya melintasi jembatan tersebut, manusia tak lagi peduli dan ingat terhadap orang-orang terdekatnya.

Baca Juga: Keutamaan Hari ke-21 Ramadhan, Allah Berikan Keistimewaan nabi Yusuf AS

Ini pula yang menjadi kekhawatiran Sayyidah ‘Aisyah di hadapan Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. 

Pada suatu ketika, istri tercinta sang baginda ini tampak menangis tersedu-sedu.

Saat ditanya oleh beliau, ia menjawab, “Aku menangis karena teringat pada neraka.

Apakah pada hari Kiamat kalian akan ingat kepada keluarga kalian?” Beliau menjawab:

أَمَّا فِي ثَلَاثَة مَوَاطِنَ فَلَا يَذْكُرُ أَحَدٌ أَحَدًا: عِنْد الْمِيزَان حَتَّى يَعْلَمَ أَيَخِفُّ مِيزَانُهُ أَمْ يَثْقُلُ، وَعِنْدَ تَطَايُرِ الصُّحُفِ حَتَّى يَعْلَمَ أَيْنَ يَقُعُ كِتَابُهُ فِي يَمِيْنِهِ أَمْ فِي شِمَالِهِ أَمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِهِ، وَعِنْدَ الصِّرَاطِ إِذَا وَضَعَ بَين ظَهْرَانِي جَهَنَّمَ حَتَّى أَيَجُوْزُ أَمْ لَا

Baca Juga: Keutamaan Hari ke-20 Ramadhan, Mendapat Pahala Ibarat Berpuasa 100 Tahun

Artinya: Adapun dalam tiga tempat, seseorang tidak akan ingat kepada yang lain:

Pertama saat di timbangan amal, sampai dia mengetahui apakah timbangan amal baiknya ringan atau berat.

Kedua, saat beterbangannya catatan amal, sampai dia mengetahui di mana catatannya jatuh, apakah di sebelah kanan, di sebelah kiri, atau di belakangnya.

Dan ketiga, saat berada di jembatan al-Shirat yang dipasangkan di antara dua punggung neraka Jahanam, sampai dia mengetahui apakah bisa melintas atau tidak, (HR. Abu Dawud).

Bagaimana tidak tegang, satu persatu hamba diminta melintas sebuah jembatan yang sangat tipis nan tajam di atas kobaran neraka Jahannam.

Baca Juga: Gelar Silaturahmi Ramadhan dengan Organisasi Mahasiswa, Kapolresta Pontianak Kota Ajak Wujudkan Sinergi

Bahkan lebih tipis dan lebih tajam dari pedang. Pinggir-pinggirnya penuh besi melengkung, duri, dan pengait yang akan mencelakaan siapa pun yang melintas kecuali yang diselamatkan Allah.

Karenanya, para malaikat berdoa, “Ya Tuhan, selamatkanlah, selamatkanlah.” Demikian yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Abu Sa‘id Al-Khudri.

Lebih jelasnya, gambaran tentang jembatan ash-Shirath dan orang-orang yang melintas di atasnya dapat disimak secara seksama dalam riwayat ath-Thabrani dari Ibnu Mas‘ud. Melalui riwayat ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyabdakan:

 يُوضَعُ الصِّرَاطُ عَلَى سَوَاءِ جَهَنَّمَ مِثْلَ حَدِّ السَّيْفِ الْمُرْهِفِ مَدْحَضَةٌ مَزَلَّةٌ عَلَيْهِ كَلَالِيبُ مِنْ نَارٍ يَخْتَطِفُ بِهَا فَمُمْسِكٌ يَهْوِي فِيهَا وَمَصْرُوعٌ؛ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمُرُّ كَالْبَرْقِ فَلَا يَنْشَبُ ذَلِكَ أَنْ يَنْجُوَ ثُمَّ كَالرِّيحِ فَلَا يَنْشَبُ ذَلِكَ أَنْ يَنْجُوَ ثُمَّ كَجَرْيِ الْفَرَسِ ثُمَّ كَسَعْيِ الرَّجُلِ ثُمَّ كَرَمَلِ الرَّجُلِ ثُمَّ كَمَشْيِ الرَّجُلِ، ثُمَّ يَكُونُ آخِرُهُمْ إنْسَانًا رَجُلٌ قَدْ لَوَّحَتْهُ النَّارُ وَلَقِيَ فِيهَا شَرًّا ثُمَّ يُدْخِلُهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ بِفَضْلِهِ وَكَرَمِهِ وَرَحْمَتِهِ

Artinya: Jembatan al-Sirath dipasangkan di tengah-tengah Jahanam seperti pedang tipis yang sangat tajam.

Baca Juga: Keutamaan Hari ke-19 Ramadhan, Seluruh Malaikat Ziarah ke Kuburnya Setiap Hari

Ia sebuah jembatan yang licin dan menggelincirkan. Di atasnya penuh besi-besi pengait dari api yang siap menyambar, mengait, dan menghempaskan ke neraka.

Di antara mereka ada orang yang melintas secepat petir. Dia berhasil selamat dan tak melekat (bergelantung) pada jembatan.

Ada pula yang melintas secepat angin. Dia berhasil selamat dan tak melekat di atasnya. Ada pula yang melintas secepat kuda.

Ada pula yang melintas seperti orang berlari. Ada pula yang melintas seperti orang berjalan cepat. Ada pula yang berjalan seperti orang berjalan normal.

Dan manusia yang terakhir melintas adalah seorang laki-laki yang telah hangus terbakar api dan menghadapi kesulitan di atasnya, kemudian dimasukkan Allah ke dalam surga berkat karunia, kemuliaan, dan rahmat-Nya.

Melihat gambaran di atas, mestinya kita semakin giat dalam beribadah dan mempersiapkan hari Kiamat, sebagaimana para ulama dan para shalihin terdahulu.

Salah satunya Khalaf ibn Ayub. Saking khusyuknya shalat, sampai-sampai ia tak merasakan sakitnya disengat lalat kerbau.

Walau darah mengalir dari tubuhnya, ia tetap khusyuk bermunajat kepada-Nya.

Ketika hal itu ditanyakan, ia bercerita, “Apakah akan merasakan rasa sakit itu, orang yang sedang berada di hadapan Sang Maha Raja yang maha berkuasa.

Sementara malaikat maut berada di tengkuknya, neraka berada di sebelah kirinya, dan jembatan al-shirath berada di bawah telapak kakinya?” Demikian seperti yang dikisahkan oleh al-Ghazali dalam Mukasyafatul Qulub. Wallahualam Bi Sowab.***

Editor: Slamet Bowo Santoso

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x