Keutamaan Hari ke-12 Ramadhan, Allah SWT Jadikan Keburukan Orang Berpuasa Jadi Kebaikan

- 24 April 2021, 08:15 WIB
Membaca Surat Al Alaq akan mendatangkan kebaikan yang tiada tara.
Membaca Surat Al Alaq akan mendatangkan kebaikan yang tiada tara. /Pixabay/Erni Abdullah

KALBAR TERKINI – Pada hari ke -12 Allah SWT memberikan keistimewaan keimanan yang dapat merubah keburukan.

Keburukan tersebut diubah kebaikan-kebaikan yang berlipat-ganda, dan mencatat bagi kalian setiap kebaikan seribu kebaikan.

Secara bahasa (Indonesia), menurut KBBI, baik artinya elok; patut; teratur (apik, rapi, tidak ada celanya, dsb): mujur; beruntung; berguna; manjur; sembuh; pulih; selamat (tidak kurang suatu apa).

Kebaikan artinya sifat baik; perbuatan baik, kegunaan; dan sifat manusia yang dianggap baik menurut sistem norma dan pandangan umum yang berlaku.

Baca Juga: Ramadhan di Yerusalem: Setiap Hari Warga Israel dan Palestina Bentrok

Bagaimana kebaikan menurut Islam? Rasulullah Saw sebuah haditnya menegaskan: “Kebaikan adalah akhlak yang baik.

Sedangkan dosa adalah apa saja yang meragukan jiwamu dan kamu tidak suka memperlihatkannya pada orang lain.” (HR. Muslim)

“Mintalah fatwa kepada hatimu. Kebaikan adalah apa saja yang menenangkan hati dan jiwamu.

Sedangkan dosa adalah apa yang menyebabkan hati bimbang dan cemas meski banyak orang mengatakan bahwa hal tersebut merupakan kebaikan.” (HR. Ahmad, Thabrani, dan Al Baihaqi).

Baca Juga: Keutamaan Hari ke-11 Ramadhan, Mendapat Pahala Layaknya 4 Kali Berhaji Bersama Nabi

Kebaikan menurut Al-Quran

Dalam salah satu ayat Al-Quran, kebaikan disebut "Al-Biru". Ulama mengartikannya sebagai "kebaikan yang banyak".

Allah SWT merinci apa saja yang disebut kebaikan dalam firman-Nya:

لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

"Kebaikan itu bukanlah dengan menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat.

Akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, Hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi,

Baca Juga: Semarak Suasana Ramadhan di Kota Tertoleran, 1442 Tanglung hingga Ratusan Ketupat Percantik Kota Singkawang

dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin,

musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; (memerdekakan) hamba sahaya,

mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji,

dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.

Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. 2:177).

Baca Juga: Mutiara Ilmu Ramadhan 23 April 2021, Puasa Perekat Keluarga dan Rumah Tangga

Dari ayat di atas, yang dimaksud perbuatan baik atau kebaikan dalam Islam antara lain:

Beriman. Beriman kepada Allah, Hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi. 

Suka Infak, Dermawan. Memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin,

musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; (memerdekakan) hamba sahaya. 

Taat Ibadah. Mendirikan shalat dan menunaikan zakat.

Menepati Janji. Menepati janjinya apabila ia berjanji

Sabar. Orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. 

Menurut riwayat Ar-Rabi' dan Qatadah, sebab turun (asbabun nuzul) ayat ini yaitu ketika umat Yahudi sembahyang menghadap ke arah Barat, sedang umat Nasrani menghadap ke arah Timur.

Masing-masing pemeluk agama mengklaim bahwa hanya agama yang dianutnya paling benar dalam berbakti dan berbuat kebajikan.

Sedangkan di luar agamanya dianggap salah dalam berbakti dan berbuat kebajikan, sehingga turunlah ayat ini untuk membantah pendapat dan persangkaan mereka.

Dalam Al-Quran dan Tafsirnya dari Universitas Islam Indonesia (1991) dijelaskan, ayat ini bukan saja ditujukan kepada umat Yahudi dan Nasrani,

 tetapi mencakup semua umat yang menganut agama samawi (agama yang turun dari langit) termasuk umat Islam.

Allah SWT menjelaskan kepada semua umat manusia, bahwa kebaktian bukanlah sekedar menghadapkan muka kepada suatu arah tertentu (baik arah ke Timur atau ke Barat).

Tetapi hakikat kebaktian adalah beriman kepada Allah dengan sesungguhnya, iman yang bersemayam di lubuk hati yang dapat menentramkan jiwa,

yang dapat menunjukkan kebenaran dan mencegah diri dari segala macam dorongan hawa nafsu dan kejahatan.

Beriman pada hari akhirat sebagai tujuan terakhir dari kehidupan dunia yang serba kurang dan fana ini.

Beriman kepada malaikat yang di antara tugasnya menjadi perantara dan pembaca wahyu dari Allah kepada para Nabi dan Rasul.

Beriman kepada semua kitab-kitab (Zabur, Taurat, Injil, dan Al-Quran) yang diturunkan Allah. Beriman kepada semua nabi tanpa membedakan antara seorang nabi dengan nabi yang lain.

Implementasi kebaikan dalam konteks ayat di atas antara lain:

Memberikan harta yang dicintai kepada karib kerabat yang membutuhkannya. 

Mendirikan salat, artinya melaksanakan pada waktunya dengan khusyu' sesuai rukun-rukun salat dan syarat-syarat salat.

Menunaikan zakat kepada yang berhak menerimanya berdasarkan QS. 9: 60.

Dalam Al-Quran, antara salat dan zakat terjalin hubungan sangat erat dalam melaksanakan kebaktian dan kebajikan.

Apabila disebutkan perintah "mendirikan salat", maka selalu diiringi dengan perintah "menunaikan zakat".

Baca Juga: Keutamaan Hari ke-10 Ramadhan, Bulan, Bintang dan Semua Mahluk Memintakan Ampunan

Sebab salat yang didahului dengan bersuci merupakan pembersih jasmani dan rohani, sedang zakat pembersih harta yang kita peroleh.

Dengan demikian, kebaktian dan kebajikan itu tidak cukup dengan jasmani dan rohani saja, tetapi harus disertai dengan harta yang kita cintai.

Menepati janji bagi mereka yang telah mengadakan perjanjian, baik janji kepada Allah SWT (seperti sumpah dan nazar) maupun janji kepada manusia.***

Editor: Slamet Bowo Santoso

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x