La Nina Adalah Kondisi Penurunan Suhu di Khatulistiwa, Berikut Dampaknya Bagi Dunia dan Indonesia Khususnya

30 Oktober 2021, 21:43 WIB
Pengertian, proses dan dampak terjadinya La Nina. /Pixabay.com/ Victoria_Borodinova/


KALBAR TERKINI - La Nina Adalah Kondisi Penurunan Suhu di Khatulistiwa, Berikut Dampaknya Bagi Dunia dan Indonesia Khususnya

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika memperingatkan masyarakat Indonesia bahaya La Nina hingga Februari 2022 mendatang.

Tak hanya kemungkinan hujan berkepanjangan, La Nina diprediksi akan menyebabkan musim hujan yang lebih panjang sepanjang tahun.

Baca Juga: Badai Matahari Skala Besar Picu ‘Kiamat Internet’ di Bumi, Tetap Waspada! Berikut Penjelasannya

La Nina sendiri merupakan fase dingin dari El Niño–Osilasi Selatan dan merupakan kebalikan dari fenomena El Niño.

Nama La Nina sendiri berasal dari bahasa Spanyol yang berarti anak perempuan atau putri.

Selain itu, fenomena ini dulu juga disebut sebagai anti El Nino dan El Viejo yang berarti si Tua.

Selama fenomena La Nina berlangsung, suhu permukaan laut di sepanjang timur dan tengah Samudera Pasifik yang dekat atau berada di garis khatulistiwa mengalami penurunan sebanyak 3 derajat hingga 5 derajat celcius dari suhu normal.

Baca Juga: Apa Itu Badai Sitokin, Masa Kritis Hidup Atau Mati Deddy Corbuzier Ketika Positif Covid - 19

Kemunculan fenomena La Nina ini biasanya berlangsung paling tidak lima bulan.

Fenomena ini memiliki dampak yang sangat besar terhadap cuaca bahkan iklim di sebagian besar wilayah dunia.

Terutama di wilayah Amerika Utara, bahkan berdampak pada pola musim terjadinya Badai Atlantik dan Badai Pasifik.

La Nina merupakan pola cuaca yang rumit dan kompleks yang terjadi tiap beberapa tahun sekali.

Sebagai akibat dari variasi suhu muka laut di wilayah Samudera Pasifik yang dekat atau berada di garis khatulistiwa.

Fenomena ini terjadi karena hembusan angin yang kuat meniup air hangat permukaan laut dari Amerika Selatan melewati Pasifik menuju wilayah timur Indonesia.

Baca Juga: Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak Imbau Warga Kalbar Waspadai Dampak Tidak Langsung Badai Tropis Surigae

Ketika air yang hangat ini bergerak ke arah barat, air dingin dari dasar laut naik ke permukaan laut di wilayah perairan Pasifik yang dekat dengan Amerika Selatan.

Oleh karena itu, fenomena ini dianggap sebagai fase dingin dari pola cuaca El Niño–Osilasi Selatan yang lebih besar, dan merupakan kebalikan dari pola cuaca El Niño.

Fenomena La Nina sudah terjadi selama ratusan tahun dan biasanya secara teratur, selama awal abad ke-17 dan awal abad ke-19.

Sejak awal abad ke-20, tercatat bahwa fenomena La Nina berlangsung pada tahun 1903-1904, 1906-07, 1909-1911, 1916-18, 1924-25, 1928-30, 1938-39, 1942-43.

Kemudian 1949–51, 1954–57, 1964-65, 1970–72, 1973–76, 1983–85, 1988–89, 1994–95, 1998–2001, 2005–06, 2007–08, 2008–09, 2010–12, 2016, 2017–18, serta 2020.

Baca Juga: Darurat Badai Es, Anak-anak Malah Asyik Main Salju

Tiap-tiap badan atau organisasi prakiraan cuaca mempunyai ambang batas yang berbeda untuk menentukan kapan suatu fenomena La Nina terjadi.

Hal tersebut terjadi karena penyesuaian yang dilakukan oleh masing-masing badan prakiraan cuaca terhadap minat masing-masing.

Contohnya begini, Badan Meteorologi Australia memperhatikan pergerakan angin pasat, SOI, model cuaca, dan suhu permukaan laut di wilayah NINO 3 dan 3,4 sebelum menyatakan bahwa fenomena La Niña mulai berlangsung.

Akan tetapi, Badan Meteorologi Jepang menyatakan bahwa fenomena La Nina telah berlangsung ketika rata-rata penyimpangan suhu muka laut selama lima bulan untuk wilayah NINO.3 lebih dingin dari 0,5 °C (0,90 °F) selama enam bulan berturut-turut atau lebih.

Dampak La Nina di wilayah Indonesia

Dampak utama dari fenomena La Niña terhadap wilayah Indonesia adalah peningkatan curah hujan di wilayah tengah dan timur Indonesia sebagai akibat dari menghangatnya suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia.

Selain itu, fenomena ini dapat menyebabkan musim hujan yang lebih panjang atau tidak terjadi musim kemarau di wilayah Indonesia dan peningkatan curah hujan yang signifikan pada saat musim hujan berlangsung.

Fenomena ini kemudian menyebabkan bencana hidrometeorologi rawan terjadi di pelbagai wilayah Indonesia.***

Editor: Slamet Bowo Santoso

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler