KALBAR TERKINI - Fenomena Hujan Es Surabaya Juga Terasa di Nganjuk dan Madiun, BMKG: Potensial Terjadi Hujan hingga 23 Februari
Sepanjang Senin 21 Februari 2022 warga Kota Surabaya Jawa Timur dihebohkan dengan hujan es yang melanda wilayah tersebut.
Tak hanya menejutkan, hujan es juga dilaporkan sempat merusak beberapa fasilitas umum.
Rupanya, fenomena hujan es batu yang terjadi di Surabaya ternyata juga dialami oleh warga kota lain seperti Nganjuk dan Madiun.
Lewat unggahan di akun resminya, BMKG Surabaya menunjukkan citra radar cuaca setempat saat berlangsungnya kejadian hujan es batu siang tadi.
Nampak posisi awan yang ditandai warna merah berada di langit Surabaya pada pukul 14.55 WIB.
Baca Juga: Mengenal Artian, Penyebab dan Proses terjadinya Hujan Es
Tak hanya dirasakan warga Surabaya, hujan es batu juga dialami oleh masyarakat Madiun dan Nganjuk.
Sebelumnya, fenomena serupa juga terjadi di Magetan, Jawa Timur.
Tepatnya pada Minggu, 20 Februari 2022 sekitar pukul 14.45 WIB, hujan es batu sempat mengguyur wilayah tersebut.
Baca Juga: Viral Video Hujan es Surabaya di Siang Hari, Ini Penjelasan BMKG
Dalam prakiraan cuaca wilayah Jawa Timur, hujan memang telah diprediksi akan mengguyur Surabaya di rentang waktu pukul 13.00-16.00.
Lebih lanjut, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa cuaca ekstrem memang rawan terjadi di sejumlah wilayah.
Guswanto mengatakan bahwa sejak 17 Februari lalu hingga setidaknya 23 Februari mendatang, seluruh provinsi di Pulau Jawa diprediksi akan mengalami hujan dengan intensitas sedang-lebat selama sepekan.
Penyebab cuaca ekstrem disebut berasal dari aktifnya dinamika atmosfer Maffen Julian Oscillation (MJO) yang telah berada pada fase 3 di sekitar Samudera Hindia.
"Menunjukkan kontribusi cukup signifikan terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia," terang Guswanto.
Fenomena alam tersebut makin diperkuat dengan adanya fenomena gelombang atmosfer, yakni gelombang Kelvin dan Rossby Ekuatorial yang terbilang atif di berbagai wilayah.
Pola tekanan rendah yang tercipta dapat memicu munculnya pumpunan dan belokan angin sehingga mempengaruhi labilitas udara dalam skala lokal.***