KALBAR TERKINI - AQUA Danone adalah salah satu merek air mineral terbaik yang ada di Indonesia dan sudah diproduksi sejak tahun 1973.
Saat ini AQUA sudah merambah ke berbagai negera tetangga, seperti Malaysia, Singapura hingga Brunei Darussalam.
Seperti yang kita ketahui, bahwa sumber air yang digunakan oleh AQUA didapat dari pegunungan yang ada di Indonesia.
Tentu prosesnya tidak mudah, karena dibutuhkan penelitian hingga harus menjaga kemurnian kandungan mineral yang ada di dalam air tersebut.
Ekosistem yang ada disekitar sumber mata air pun tak luput dari perhatian.
Seperti Le Minerale atau merek air mineral yang lain, AQUA dikemas dengan proses higienis dalam kemasan botol plastik; 330 ml, 450 ml, 600 ml, 750 ml dan 1500 ml.
Ada juga kemasan gelas plastik ukuran 240 ml serta galon 19 liter.
Pada kemasan galon, AQUA menggunakan model pemakaian berulang (reuse) dan sebagian kemasan telah menggunakan bahan baku daur ulang.
Hal ini dilakukan sebagai bentuk komitmen mereka untuk bisa mengurangi sampah plastik di Indonesia.
Dilakukan secara bertahap namun tetap menjaga kualitas, demi meminimalkan penggunaan bahan baku dan timbulan sampah yang dihasilkan.
Sejarah AQUA
AQUA dibangun oleh Tirto Utomo, yang mempunyai tekad untuk memberikan air bersih dan higienis pada tamunya.
Tirto yang dulu bekerja di Pertamina, pernah mendapatkan tamu dan disajikan air kran, yang membuat mereka terkena diare.
Inilah yang membuat Tirto sadar akan pentingnya membuat air minum yang higienis.
Dia mulai mempelajari cara memproses air menjadi air minum siap konsumsi.
Bahkan saking seriusnya dengan usaha tersebut, Tirto meminta sang adik, Slamet Utomo untuk bekerja secara magang pada pabrik Air Mineral Dalam Kemasan "Polaris" di Thailand.
Nama AQUA berasal dari bahasa Latin yang berarti air, walau ada yang mengatakan bahwa nama tersebut diambil dari nama penanya saat menjadi wartawan.
Pada tahun 1973 AQUA mulai mencari mata air sebagai bahan baku utama dan ditetapkanlah bahwa sumber air mereka diambil dari air pegunungan.
Awalnya sumber air diambil di sebuah pegunungan daerah Jonggol, Bogor yang kebetulan masuk dalam zona riset USAID, namun saat ini berasal dari kaki Gunung Salak.
***