Saat berbicara di Konvensi Ketenagakerjaan Sabah 2022 di Tawau, Wan Zulkifli menambahkan bahwa pemerintah federal, negara bagian dan industri membutuhkan pembicaraan meja bundar untuk menemukan solusi atas masalah ini.
Saat ditemui wartawan, , Wan Zulkifli menegaskan bahwa semua pihak perlu mempersiapkan diri untuk kemungkinan itu.
Hal tersebut karenadua tahun tidak terlalu jauh alias bukan waktu yang lama. Apalagi saat ini saja, Sabah mulai menghadapi krisis tenaga kerja.
Krisis ini diprediksi segera terasa dampaknya dua tahun mendatang jika pemerintah pusat tak segera mengambil langkah-langkah antisipatif.
Hal ini termasuk berkoordinasi dengan pemerintah tetangganya, Indonesia.
Wan Zulkifli menegaskan, arus keluar orang Sabah yang mencari pekerjaan di luar negeri terus berlanjut.
"Sementara lebih banyak pekerja asing kembali ke negara asal mereka," tegasnya.
Menurutnya, ada tren yang mengkhawatirkan yakni 200.000 penduduk setiap tahun tercatat meninggalkan Sabah untuk mencari peluang kerja.
Wan Zulkifli menambahkan, Sabah juga mengandalkan tenaga kerja asing di sektor perkebunan, konstruksi, restoran dan pertanian.
Menurut data departemen imigrasi, lebih dari 135.000 pekerja non-residen di Sabah, yang lebih 50 persen di antaranya adalah orang Indonesia.***