Malaysia Terancam Bangkrut, Anwar Ibrahim: Kedepankan Rakyat, Bukan Konglomerat!

- 15 Juli 2022, 23:33 WIB
Mantan Perdana Menteri Malaysia
Mantan Perdana Menteri Malaysia /YouTube

PETALING JAYA, KALBAR TERKINI - Malaysia dikhawatirkan menuju kebangkutan jangka panjang sehubungan terus naiknya suku bunga (OPR).

Pemerintah Malaysia dalam kondisi seperti ini seharus nya mengedepankan kebutuhan rakyat, ketimbang mencari dana talangan bagi konglomerat yang gagal.

Demikian desakan dari pemimpin oposisi Anwar Ibrahim ke pemerintahan Perdana Menteri (PM) Ismail Sabri Yaakob lewat Facebook.

Presiden Partai PKR ini menyatakan bahwa hal tersebut sekaligus untuk menanggapi pernyataan Asosiasi Peminjam dan Solusi Konsumen Malaysia (4PM).

Baca Juga: Malaysia Terancam Krisis Pangan, Raja Ajak Masyarakat hidup Hemat

Dilansir Kalbar-Terkini.com dari Free Malaysia Today, Kamis, 14 Juli 2022 bahwa 4PM menyatakan, sekitar 32.000 orang Malaysia dapat dinyatakan bangkrut selama dua tahun ke depan, jika OPR dinaikkan lagi.

Kaitannya itu, Anwar menegaskan, PM Malaysia harus memantau tingkat kebangkrutan, dan memastikan bahwa keluarga Malaysia diberikan dukungan selama periode inflasi tinggi.

"Ini untuk bertahan hidup dan menghindari konsekuensi kebangkrutan jangka panjang," katanya.

Menurut Anwar, kebangkrutan ini akan menyebabkan kesulitan besar bagi ribuan keluarga, dan menghambat pemulihan ekonomi negara.

Baca Juga: MALAYSIA KLAIM REOG! Ini Alasan Utamanya, Warga Ponorogo di Johor Hidup Sejak Abad 18 Masehi Sebagai Buruh

Anwar meminta pemerintah untuk memfasilitasi bantuan, atau melakukan moratorium pinjaman untuk keluarga kurang mampu menghadapi peningkatan pembayaran karena kenaikan OPR.

"Bank mampu untuk membuat konsesi tersebut," tegansya

Pada Senin lalu, Presiden 4PM Rosland Mohd Arif mengklaim, lebih dari 46.000 orang telah dinyatakan bangkrut sejak pandemi dimulai setelah mereka gagal membayar.

Rosland menambahkan, kenaikan OPR lebih lanjut akan mengakibatkan peminjam harus membayar lebih banyak uang.

Pinjaman ini untuk membayar kembali pinjaman mereka, dan memaksa mereka yang berusia 25 tahun untuk bangkrut.

Pekan lalu, Bank Negara Malaysia menaikkan OPR sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 2,25 persen.

Kenaikan itu telah menaikkan suku bunga menjadi dua persen dari 1,75 persen pada Mei 2022– dilaporkan sebagai rekor terendah – menyusul penurunan 25 bps pada Juli 2020.

Ini mengutip parahnya perlambatan ekonomi global sebagai akibat dari pandemi.

Badan riset Fitch Solutions memperkirakan bahwa Bank Sentral akan menaikkan OPR lebih lanjut sebesar 50 bps menjadi 2,75 persen pada akhir tahun.

Hal ini karena ringgit Malaysia yang terdepresiasi, kenaikan harga komoditas, dan peningkatan permintaan domestik.***

Sumber: Free Malaysia Today

Editor: Arthurio Oktavianus Arthadiputra

Sumber: Free Malaysia Today


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x