BEIJING, KALBAR TERKINI - NATO mengklaim sebagai organisasi pertahanan regional tetapi ternyata mengobarkan perang di berbagai negara di dunia dan membunuh warga sipil tak berdosa.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Zhao Lijian menegaskan, keberadaan NATO yang merupakan 'fosil' dari era Perang Dingin telah menimbulkan tantangan sistemik bagi perdamaian dan stabilitas dunia.
Demikian ditegaskan Zhao dala konferensi pers yang digelar di Beijing, Ibukota China, Kamis, 30 Juni 2022, sebagaimana dilansir Kalbar-Terkini.com dari tabloid Tiongkok, Global Times, Jumat, 1 Juli 2022.
"NATO memiliki darah rakyat mereka di tangannya," kata Zhao. “Orang-orang China tidak akan pernah lupa bahwa 23 tahun yang lalu, ketika NATO pimpinan AS, melakukan kejahatan pengeboman di Kedutaan Besar China di Republik Federal Yugoslavia." kecamnya.
"Dan sekarang, NATO memperluas tentakelnya ke kawasan Asia-Pasifik dalam upaya untuk mengekspor hasil bumi. mentalitas Perang Dingin, dan meniru konfrontasi blok di Asia," lanjut Zhao.
Kemarahan Zhao ini meledak menyusul pernyataan NATO, yang memfitnah pembangunan di China sebagai 'tantangan sistemik' dalam 'konsep strategis'.
Baca Juga: NATO Keroyok Rusia, Biden: Strategi Putin Jadi Bumerang!
Lewat fitnah yang baru dirilis pertama kali tersebut, menurut Zhao, berarti Beijing ditargetkan sebagai salah satu 'prioritas strategis' NATO. untuk dekade berikutnya.
Meskipun Rusia didefinisikan sebagai 'ancaman paling signifikan dan langsung' oleh NATO selama KTT seua harinya di Madrid, Spanyol, China, yang dipandang sebagai 'sekutu' Rusia oleh Barat, juga termasuk di antara target kampanye kotor NATO.