“Mereka masih saat bantuan mengering, bahkan di ibu kota. Banyak yang lain sedang dalam perjalana,” lanjutnya..
Hawa Abdi Osman mengatakan dia kehilangan anak-anak karena kekeringan. Kurus, dan dilemahkan oleh kehamilan lain, dia berjalan lima hari ke Mogadishu.
“Kami harus meninggalkan beberapa kerabat kami, dan yang lainnya tewas saat kami menyaksikan,” kata sepupunya, Halima Ali Dhubow.
Semakin banyak orang datang ke kamp setiap hari, menggunakan energi terakhir untuk menentukan tempat perlindungan darurat di tengah debu, mengikat gembar-gembor dengan kain dan plastik.
Beberapa orang lainnya berjalan hingga 19 hari untuk mencapai ibu kota, menurut Dewan Pengungsi Norwegia.
“Tadi malam saja 120 keluarga datang,” kata manajer kamp Nadifa Hussein.
“Kami memberi mereka semua persediaan kecil yang kami miliki, seperti roti. Jumlah orang sangat banyak sehingga membantu mereka berada di luar kemampuan kami.
Di masa lalu lembaga bantuan membantu, tetapi sekarang bantuan sangat langka.
“Hanya Tuhan yang bisa membantu mereka,” katanya.***