Tentara Barbie Ukraina Tanggalkan High Heels, Kramarenko: Saya Robek Leher Tentara Rusia dengan Gigi Saya!

- 30 Maret 2022, 19:22 WIB
Para wanita kadet militer Ukriana berbaris dengan sepatu bertumit tinggi (high heels) selama parade militer untuk 30 Tahun Kemerdekaan Ukriana lepas dari Uni Soviet.(Foto:  CCEIT.Com)
Para wanita kadet militer Ukriana berbaris dengan sepatu bertumit tinggi (high heels) selama parade militer untuk 30 Tahun Kemerdekaan Ukriana lepas dari Uni Soviet.(Foto: CCEIT.Com) /

KALBAR TERKINI - Cantik, seksi, tapi ganas. Beginilah penampilan tentara-tentara wanita Ukraina di medan perang selama melawan operasi militer Rusia di negaranya sejak 22 Februari 2022.

Sekalipun para kadet militer ini sempat dijuluki 'tentara barbie', tapi pria sembarangan jangan coba-coba usul.

Viktoriia Kramarenko, misalnya, geram dengan tentara Kremlin. "Saya akan merobek leher mereka dengan gigi saya," katanya, geram.

Baca Juga: Recep Tayyib Erdogan Upayakan Rusia-Ukraina Berdamai: Tampil Berkharisma Ibarat Suleiman yang Agung

Para wanita Eropa Timur dikenal rupawan dan khas termasuk Ukraina.

Departemen Pertahanan Ukraina sempat mengharuskan serdadu wanitanya mengenakan sepatu bertumit tinggi (high heels) dalam momen-momen khusus.

Belakangan, ide itu menuai kecaman berbagai kalangan.

Baca Juga: Rusia Kemungkinan Ubah Target Serangan: Kuasai Ukraina Timur dan Hentikan Perang!

Pun tak bisa dibayangkan bagaimana tentara-tentara cantik ber-high heels ini bertempur melawan op[erasi militer Rusia , jika masih memakai sepatu khas para model ini.

Adapun kemunculan pertama tentara wanita bersepatu tumit tinggi ini terjadi selama parade militer tahun lalu.

Di media sosial, beberapa politisi menilai, 'penampakkan' ini mendulang kecaman terhadap Menteri Pertahanan Ukraina, Andriy Taran.

Menteri pertahanan ini, dilansir Kalbar-Terkini.com dari CCEIT, 7 April 2021 dan dituduh melakukan seksisme, sebagaimana kecaman Inna Sovsun, politisi dari partai oposisi liberal Golos.

Baca Juga: Tiga Tentara Ukraina Tewas Dibom, Diduga Pelakunya Milisi Dukungan Rusia

Sovsun menyebutnya sebagai 'ide bodoh', yang mewujudkan 'stereotipe perempuan sebagai boneka cantik'.

Sebagai protes, beberapa anggota Parlemen Ukraina membawa sepatu high heels ke dalam ruangan parlemen, dan menantang menteri pertahanan untuk memakai sepatu 'sulit berjalan' ini selama pawai.

“Sulit untuk memunculkan ide yang lebih konyol dan berbahaya,” kata Sovsun.

Dia menekankan bahwa tentara wanita – sama seperti pria – mempertaruhkan nyawa mereka. “Mereka tidak pantas dipermalukan," kecamnya.

 

Sementara dilansir dari Independent, 3 Juli 2021, beredarnya foto-foto tentara wanita Ukraina yang berbaris dengan sepatu hak tinggi telah memicu kritik karena dianggap 'berbahaya'.

Beberapa pihak berwenang dituntut untuk memberikan permintaan maaf karena 'mempermalukan' wanita.

Kementrian Pertahanan Ukraina sempat merilis foto-foto tersebut secara resmi, yang menunjukkan para prajurit seksi ini mengenakan seragam militer. dan berbaris dengan sepatu hak tinggi hitam.

Para prajurit wanoita ini berlatih menjelang parade militer untuk menandai 30 tahun kemerdekaan pada 2021 setelah pecahnya Uni Soviet.

Foto-foto itu mendapat kemarahan dari anggota parlemen negara itu yang meminta menteri pertahanan, Andriy Taran, untuk mengenakan sepatu hak tinggi ke pawai.


Olena Kondratyuk, wakil ketua parlemen, menuntut pihak berwenang melakukan penyelidikan dan meminta maaf atas 'mempermalukan' wanita yang 'mempertahankan kemerdekaan Ukraina dengan tangan di tangan'.

Di situs informasi Kementerian Pertahanan Ukraina, ArmiaInform, kadet Ivanna Medvid mengatakan: "Hari ini, untuk pertama kalinya, pelatihan berlangsung dengan sepatu hak."

Dia kemudian menambahkan: "Ini sedikit lebih sulit daripada di sepatu bot tentara tetapi kami mencoba."

Media sosial juga menuduh gambar-gambar tentara wanita yang menjadi korban pelecehan seksual di mana lebih dari 30.000 di antaranya bertugas di angkatan bersenjata negara.

Toh saat perang melawan Rusia, tak terlihat lagi serdadu wanita yang mengenakan sepatu 'sulit berjalan' ini.

Mereka berpatroli di pos pemeriksaan dan menahan garis depan, mengevakuasi warga sipil, dan memberikan perawatan medis tempur yang penting.


Menurut laporan The Washington Post, Jumat, 18 Maret 2022, meskipun sebagian besar militer Ukraina terdiri dari pria, sekitar 32.000 di antaranya adalah wanita sebelum operasi militer Rusia di Ukraina.

Lebih banyak yang bergabung dalam pertarungan sejak saat itu. Pria berusia antara 18 dan 60 tahun dilarang meninggalkan negara, yang berarti bahwa sebagian besar dari tiga juta pengungsi yang telah pergi adalah wanita dan anak-anak.

Tetapi, banyak wanita lain tetap di belakang, dan seperti banyak orang Ukraina, mereka telah dipaksa oleh keadaan untuk bergabung dalam upaya perang.

Viktoriia Kramarenko, misalnya, terlibat dalam pertempuran langsung, dan bagian medis serta membantu warga sipil yang ketakutan dan berhamburan ke bawah jembatan yang hancur, terguncang, terengah-engah dan terisak-isak.

Banyak warga Ukraina yang telah berjalan bermil-mil. Beberapa membawa orang tua di punggung atau di lengan mereka.

Mereka mencengkeram anak-anak, hewan peliharaan, dan barang-barang apa pun yang bisa mereka kelola.

Tugas Kramarenko adalah membantu mereka bertahan dalam perjalanan berbahaya ini.

Kramarenko telah menghabiskan tiga minggu terakhir di garis depan di Irpin, kota utara Kiev, di mana serangan Rusia menewaskan banyak orang, menghancurkan rumah dan memutus telepon dan layanan Internet.

Orang tuanya termasuk di antara mereka yang masih di dalam. Saat dalam misi penyelamatan, Kramarenko mendapat kecaman selama ikut membangun jembatan dari tali untuk mengangkut pasokan mendesak, dan membantu warga sipil yang mengalami trauma parah.

Setiap hari, ambulansnya melakukan lusinan perjalanan antara jembatan dan pos pemeriksaan terdekat di mana yang diselamatkan beristirahat dan berkumpul kembali.

Kengerian dari pengalaman itu telah mengubahnya. "Saya menyadari bahwa saya siap untuk merobek tenggorokan musuh dengan gigi saya," katanya.

“Masing-masing dari kita akan melakukan itu kepada mereka. Dan tanah akan terbakar di bawah kaki mereka," tambahnya.

Sementara Sersan Daria Filipieva, sedang berlibur ketika perang berkecamuk. Petugas medis tempur tentara Ukraina ini, biasanya dikerahkan ke Luhansk di Ukraina Timur, dan menghabiskan waktu liburnya untuk melengkapi apartemen barunya di Kiev, Ibukota Ukraina.

"Aku membuatnya sangat lucu," katanya. “Semua karpet merah muda dan lembut ini, perabot dapur dari IKEA, cermin rias dengan banyak lampu, dengan palet eye shadow baru saya dari Huda Beauty — dan semua ini (perang) dimulai. Saya sangat marah.”

Sekarang ini, Filipieva tidur di ruang bawah tanah dari sebuah bangunan di ibukota, yang baru saja diubah menjadi markas pasukan.

Para pria tidur di atas tikar di lantai, tetapi membiarkan Filipieva, satu-satunya wanita dalam kelompoknya, mengambil sofa.

Di sebuah lingkungan di utara Kiev, Daria Vasylchenko merasa sangat siap untuk menyambut setiap orang Rusia yang mungkin menerobos pertahanan Ukraina, dan mencoba merebut ibu kota.

"Kami telah mengatur segalanya di sini untuk sambutan yang menyenangkan," katanya, tangannya berlari ke atas dan ke bawah senapan yang dia pegang di dadanya.

Vasylchenko (29) pertama kali belajar menembak saat kecil. Sekitar kelas sembilan, menurutnya, anak laki-laki mulai belajar cara menggunakan senjata di sekolah, dan anak perempuan dibawa ke kursus bantuan medis.


Vasylchenko bergegas untuk mempelajari semua keterampilan medis dengan cepat, kemudian bergabung dengan kelas anak laki-laki, di mana dia belajar 'untuk merakit dan membongkar senapan mesin'.


Kemudian, Vasylchenko mengaku menjadi ahli dalam senjata lain, termasuk senapan sniper Dragunov dan Kalashnikov.

Sejak perang dimulai, Vasylchenko bertanggung jawab untuk menjaga keamanan di bagian utara kota — relatif dekat dengan pasukan Rusia yang terhenti saat mereka mendekati ibu kota.

Kadang-kadang, para pria yang mengantri untuk mendaftar sebagai tentara, mempertanyakan mengapa seorang wanita bekerja sebagai serdadu.

"Mereka mengatakan sesuatu seperti, 'Nona, mengapa Anda melakukan ini ketika kami di sini untuk itu?'" katanya. "Saya hanya tersenyum dan mengatakan bahwa setiap orang memiliki pekerjaan mereka sendiri dan semuanya akan baik-baik saja."***

Sumber: CCEIT Independent, The Washingtin Post

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: The Washington Post Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah