Mantan Jaksa Agung Brutal Meksiko Ditahan: Terlibat Bakar 43 Siswa dan Guru

22 Agustus 2022, 10:57 WIB
Ilustrasi. Seorang pemuda di Bekasi nekat mengakhiri hidupnya dengan cara membakar diri. /Foto: Shutterstock/

KALBAR TERKINI - Sosok paling berdarah di pemerintahan Meksiko yakni mantan Jaksa Agung Jesús Murillo ditangkap terkait hilangnya 43 siswa dan guru pada 2014.

Ditangkap di rumahnya di Meksiko City, ibukota negara tersebut pada Jumat, 19 Agustus 2022, Murillo harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Dilansir Kalbar-Terkini.com dari Majalah The Guardian, Sabtu, 20 Agustus 2022.

Inilah individu paling menonjol di Meksiko yang ditahan sejauh ini dalam kasus biadab yang menghantui negara itu.

Baca Juga: Drummer Foo Fighters Taylor Hawkins Meninggal Dunia, Terakhir Manggung di Meksiko

Murillo dikenai pasal pidana berlapis-lapis, yakni penyiksaan, menghalangi keadilan dalam penculikan, dan penghilangan para korban.

Kejadian brutal di Negara Bagian Guerrero, barat daya ibukota Meksiko ini, menyebabkan Meksiko dijuluki sebagai "'negara kejahatan yang disponsori' alias 'kejahatan' yang dlegalkan negara'.

Menurut pihak berwenang, Murillo telah dibawa ke kantor jaksa agung, dan segera dipindahkan ke penjara di Mexico City.

Ketika peristiwa penghilangan paksa terjadi, warga Meksiko terjebak dalam baku tembak saat kartel narkoba melancarkan serangan di seluruh negeri.

Baca Juga: AS Menggelontorkan Uang ke Ukraina Plus Puluhan Ribu Butir Amunisi, Lanjut Perang?

Hanya beberapa jam setelah penangkapan, seorang hakim mengeluarkan lagi 83 surat perintah penangkapan.

Penangkapan ini dutujukan untuk tentara, polisi, pejabat di Guerrero dan anggota geng sehubungan dengan kasus tersebut.

Selama masa jabatan Murillo pada 2012-2015 di bawah presiden saat itu, Enrique Peña Nieto, Murillo mengawasi penyelidikan kasus tersebut.

Baca Juga: Peringatan AS: Bangsa Afrika Akan Dihukum jika Mereka Berdagang Komoditas yang Disetujui Amerika Serikat

Hanya sahja, kinerjanya sangat dikritik atas hilangnya para siswa dan guru pada 26 September 2014 dari sebuah perguruan tinggi guru di pedesaan Ayotzinapa.

Hanya tersisa tiga siswa yang ditemukan dan diidentifikasi, dan pertanyaan terkat penangkapan tersebut tetap tidak pernah terjawab sejak itu.

Menurut kalangan pakar internasional, penyelidikan resmi yang digelar itu, penuh dengan kesalahan dan pelanggaran, termasuk penyiksaan terhadap para saksi.

Presiden Andrés Manuel López Obrador menjabat pada 2018, dan bersumpah untuk menjernihkan semua masalah yang telah terjadi.

Pemerintahan López Obrador telah mencoba sejak 2020 untuk menangkap mantan pejabat tinggi lainnya, Tomas Zeron, termasuk meminta Israel untuk mengekstradisinya pada 2021.

Pada 2020, Obrador ditanya wartawan tentang langkah yang akan diambil pemerintah untuk meneliti penyelidikan masa lalu.

Murillo menjawab bahwa dia senang dan terbuka untuk ditanyai oleh awak media.

Murillo ditahan dengan mengenakan celana panjang hitam, dan tangannya terlipat di dalam saku jaket abu-abu.

Sebuah foto yang diterbitkan oleh sebuagh media lokal menggambarkan seorang petugas penegak hukum dengan senapan tersampir di dadanya, berdiri di belakang Murollo.

Ketika ditangkap, menurut pihak kantor jaksa agung. Murillo bekerja sama tanpa perlawanan.

Penangkapan itu terjadi sehari setelah pejabat tinggi hak asasi manusia Meksiko, Alejandro Encinas, menyebut penghilangan itu sebagai 'kejahatan negara'.

Encinas menegaskan bahwa hal ini ditandai dengan keterlibatan para pejabat lokal, negara bagian, dan federal.


"Apa yang terjadi? Penghilangan paksa anak laki-laki malam itu oleh otoritas pemerintah, dan kelompok kriminal,” kata Encinas dalam konferensi pers.

Kalangan tingkat tertinggi di pemerintahan Peña Nieto mengatur penyamaran.

Ini termasuk mengubah TKP, dan menyembunyikan hubungan antara pihak berwenang dan penjahat.

Murillo mengambil alih kasus Ayotzinapa pada 2014, dan menjuluki temuan pemerintah sebagai 'kebenaran sejarah'.

Menurut versi itu, geng narkoba setempat mengira para siswa sebagai anggota kelompok saingan.

Mereka kemudian dibunuh, dan tubuh mereka dibakar di tempat pembuangan sampah, dan sisa-sisanya dibuang ke sungai.

Sebuah panel ahli internasional mengusut kasus itu, dan PBB mengecam penahanan sewenang-wenang dan penyiksaan selama penyelidikan.

'Kebenaran sejarah' akhirnya menjadi sinonim dengan persepsi korupsi dan impunitas di bawah Peña Nieto.

Ini ditandai dengan kemarahan yang memuncak dari masyarakat Meksiko karena kurangnya jawaban dari pemerintah.

Murillo, yang sebelumnya menjadi anggota parlemen federal dan gubernur Negara Bagian Hidalgo, mengundurkan diri pada 2015.

Pengunduran ini karena kritikan terhadap Murillo terus meningkat terkait penanganannya atas kasus tersebut.

Pengacara para orang tua siswa di Ayotzinapa, Vidulfo Rosales, mendesak pemerintah untuk melakukan lebih banyak penangkapan.

Risales menyatakan kepada televisi Meksiko: "Masih banyak yang harus dilakukan sebelum kita dapat berpikir bahwa kasus ini telah diselesaikan."***

Sumber: The Guardian

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler