Recep Tayyib Erdogan Upayakan Rusia-Ukraina Berdamai: Tampil Berkharisma Ibarat Suleiman yang Agung

29 Maret 2022, 20:41 WIB
Ilustrasi pertemuan Pemimpin Rusia dengan Pemimpin Turki, Vladimir Putin dan Recep Tayyip Erdogan. /Commons Wikimedia

KALBAR TERKINI - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendapat salut masyarakat internasional atas upayanya untuk mendamaikan Rusia dan Ukraina dalam pertemuan di Istanbul, Ibukota Turki, Selasa, 29 Maret 2022.

Dalam pertemuan ini, Erdogan seakan-akan memancarkan kharisma dari seorang Suleiman I alias Suleiman yang Agung, atau Sultan Turki Usmani X.

Raja Ottoman yang berkuasa pada 1520-1566 ini, menempatkan Ottoman di puncak kejayaan sebagai kerajaan terbesar di lintas Benua Eropa-Asia, yang membawa nama besar Islam menembus harum hingga ke seluruh dunia.

Baca Juga: Rusia Kemungkinan Ubah Target Serangan: Kuasai Ukraina Timur dan Hentikan Perang!

“Kami percaya bahwa tidak akan ada yang kalah dalam perdamaian yang adil. Memperpanjang konflik, bukanlah kepentingan siapa pun, ”kata Erdogan sebagaimana dilansir Kalbar-Terkini.com dari The Associated Press, Selasa, waktu setempat.

Hal ini dinyatakan Erdogan saat menyapa dua delegasi yang duduk di sisi berlawanan dari sebuah meja panjang.

Inilah pembicaraan tatap muka pertama dalam dua minggu antara Rusia dan Ukraina, yang meningkatkan harapan tentang akan berakhirnya perang.

Baca Juga: Sentimen Anti-Muslim Merebak di Barat, Erdogan: Seperti Sel Kanker

Seorang penasihat Presiden Ukraina menyatakan, pertemuan ini difokuskan untuk mengamankan gencatan senjata, dan jaminan keamanan Ukraina, masalah yang telah menjadi fokus negosiasi yang gagal sebelumnya.

Menjelang pembicaraan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berjanji bahwa negaranya siap untuk menyatakan netralitasnya, seperti yang diminta Moskow, dan terbuka untuk berkompromi atas wilayah Ukraina Timur di Donbas, yang diperebutkan.

Hanya saja, dalam situasi injury time itu, lagi-lagi Presiden Ukraina yang tidak matang berpolitik ini, dengan polosnya mengklaim bahwa kendati sedang terjadi negoisasi, 'perang kejam' terus berlanjut.

Baca Juga: Presiden Zelenskyy Bodoh dan Plinplan: Pro NATO tapi Takut Rusia, Adegan Pelawak yang Nafikan Nyawa Rakyat

Menurutnya, bahkan hingga Selasa ini, ketika para negosiator berkumpul, pasukan Rusia menyerang depot minyak di Ukraina barat dan gedung pemerintah di selatan.

Namun, Erdogan segera menyela bahwa kedua belah pihak bahwa mereka memiliki 'tanggung jawab bersejarah' untuk menghentikan pertempuran.

Sementara itu, dengan mencerminkan skeptisisme di antara sekutu Barat-nyaUkraina, Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss masih 'mengompori' pula dengan menyatakan bahwa dalam pikirannya, Presiden Rusia Vladimir Putin 'tidak serius tentang pembicaraan'.

Dalam pertempuran yang telah berubah menjadi kebuntuan bolak-balik, The Associated Press melaporkan bahwa pasukan Ukraina merebut kembali Irpin, pinggiran kota penting di barat laut ibukota, Keiv, Ibukota Ukraina.

Zelenskyy pada Senin malam lalu memperingatkan bahwa pasukan Rusia sedang berkumpul kembali untuk merebut kembali daerah itu.

“Kita masih harus berjuang, kita harus bertahan,” kata mantan pelawak ini, dalam pidato video malam hari kepada bangsa. “Ini adalah perang yang kejam melawan bangsa kita, melawan rakyat kita, melawan anak-anak kita.”

Presiden plinplan yang dituding sejumlah kalangan hanya mencari popularitas pribadi ini, juga mengecam negara-negara Barat.

Barat ditudingya telah berulang kali dituduhnya tidak bertindak cukup jauh dalam memberikan sanksi ke Moskow atau mendukung Ukraina dengan senjata.

Akibatnya, menurutnya, orang Ukraina membayar dengan nyawa mereka.

“Jika seseorang takut pada Rusia, jika dia takut untuk membuat keputusan penting yang penting bagi kami, khususnya bagi kami untuk mendapatkan pesawat, tank, artileri yang diperlukan, peluru, itu membuat orang-orang ini bertanggung jawab atas bencana yang diciptakan oleh Rusia. Pasukan Rusia di kota-kota kami juga,” katanya.

"Ketakutan selalu membuatmu menjadi kaki tangan," lanjutnya.

Tak ayal lagi, malam itu juga, sebuah rudal menghantam depot minyak di Ukraina barat, serangan kedua ke fasilitas minyak di wilayah yang terhindar dari pertempuran terburuk.

Pada Selasa pagi, sebuah ledakan telah menimbulkan lubang di gedung administrasi sembilan lantai di Mykolaiv, sebuah kota pelabuhan selatan yang gagal direbut Rusia.

Sebuah lubang menganga terlihat di tengah gedung dalam foto yang diposting di saluran Telegram Gubernur Vitaliy Kim.

Menurutnya, banyak orang melarikan diri dari gedung dan tim penyelamat sedang mencari beberapa orang hilang.

“Ini mengerikan. Mereka menunggu orang pergi bekerja sebelum menyerang gedung," katanya. "Saya ketiduran. Saya beruntung."

Pembicaraan Rusia-Ukraina sebelumnya, yang diadakan secara langsung di Belarus atau melalui video, gagal membuat kemajuan dalam mengakhiri perang selama lebih dari sebulan.

Perang ini dilaporkan telah menewaskan ribuan orang, dan mengusir lebih dari 10 juta orang Ukraina dari rumah mereka, termasuk hampir empat juta dari negara mereka. .

Rusia telah lama menuntut agar Ukraina menghilangkan harapan untuk bergabung dengan aliansi NATO, yang dianggap Moskow sebagai ancaman.

Zelenskyy mengindikasikan selama akhir pekan bahwa dia terbuka untuk itu, dengan menyatakan Ukraina siap untuk menyatakan netralitasnya, tetapi dia telah menekankan bahwa negara itu membutuhkan jaminan keamanannya sendiri, sebagai bagian dari kesepakatan apa pun.

Penasihat Zelenskyy, Mykhailo Podolyak menegaskan bahwa mengakhiri perang bergantung pada 'jaminan keamanan internasional untuk Ukraina'.

Dalapun dalam ruangan pembicaraan di Istanbul, delegasi Rusia dipimpin oleh Roman Abramovich, teman lama Putin yang telah disetujui oleh Inggris dan Uni Eropa.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menegaskan bahwa pemilik Chelsea Football Club ini telah menjadi mediator tidak resmi yang disetujui oleh kedua negara.

Kantor berita investigasi Bellingcat melaporkan pada Senin lalu bahwa Abramovich dan dua delegasi Ukraina menderita sakit mata dan iritasi kulit yang konsisten dengan keracunan senjata kimia setelah menghadiri pembicaraan damai pada 3 Maret 2022.

Pemerintah Inggris menilai, tuduhan itu 'sangat memprihatinkan,;, tetapi Peskov menyatakan, laporan itu 'tidak sesuai dengan kenyataan'.

Sementara itu, layanan kantor berita Pemerintah Rusia, TASS, melaporkan pada Selasa ini bahwa
tidak seorang pun di Rusia yang berpikir untuk menggunakan senjata nuklir.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov ketika ditanya apakah dia dapat mengesampingkan penggunaan senjata nuklir dalam konflik atas nama Rusia, hanya menyatakan'tidak'.

"Tidak ada yang berpikir untuk menggunakan ... bahkan tentang gagasan menggunakan senjata nuklir," katanya.

Pewawancara dari media PBS bertanya apakah PPutin telah menyarankan dalam pernyataan sebelumnya bahwa dia akan menggunakan senjata nuklir jika pihak ketiga terlibat dalam konflik di Ukraina.

Peskov hanya menyatakan 'tidak.' "Jangan ikut campur, jika Anda melakukannya. Kami memiliki semua kemungkinan untuk mencegahnya, dan menghukum semua orang yang akan ikut campur,"' katanya.

Ketika ditanya apakah dia bisa mengesampingkan penggunaan senjata nuklir dalam konflik atas nama Rusia, Peskov mengatakan: "Tidak ada yang berpikir menggunakan ... bahkan tentang gagasan menggunakan senjata nuklir.".

Peskov juga menyinggung tentang pernyataan Presiden AS Joe Biden baru-baru ini tentang Presiden Putin, yang dinilainya cukup mengkhawatirkan.

"Ini cukup mengkhawatirkan. Pertama-tama, ini adalah penghinaan pribadi dan orang tidak dapat membayangkan tempat untuk penghinaan pribadi dalam retorika seorang pemimpin politik dan terutama pemimpin politik negara terbesar di dunia, Amerika Serikat," katanya, merendah.

"Jadi, kami sangat menyayangkan hal itu," tegasnya. "Pernyataannya tentang apakah Putin tidak boleh atau harus berkuasa di Rusia, tentu saja tidak dapat diterima," kecamnya.

"Bukan Presiden Amerika Serikat yang memutuskan siapa yang akan menjadi dan siapa presiden Rusia, tetapi rakyat Rusia yang menentukan. putuskan selama pemilihan," tambah Peskov.

"Negara-negara Barat sebenarnya telah menyatakan perang ekonomi total melawan Rusia. Kami harus menyesuaikan diri dengan kondisi baru. Dan sayangnya, kondisi itu cukup tidak bersahabat," lanjutnya, mengomentari sanksi Barat.

Menurutnya, Rusia memasuki fase perang total. Negara-negara Eropa Barat, AS, Kanada, Australia, semuanya diklaim memimpin perang melawan Rusia dalam perdagangan, ekonomi, merebut properti Rusia.

"Juga dalam menyita dana kami, dalam memblokir hubungan keuangan kami. Dan kami harus menyesuaikan diri dengan situasi ini. realitas baru," tegas juru bicara Kremlin.***

Sumber: The Associated Press, TASS

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: TASS The Associated Press

Tags

Terkini

Terpopuler