Sebelum mereka pulang, mbah Buyut memberi kunir tepat di dahi Widya, katanya untuk menjaga Widya saja.
Kunjungan itu sama sekali tidak diketahui tujuannya.
Selama perjalanan, Pak Prabu bercerita, tentang kopi. Kopi yang dihidangkan mbah Buyut tadi adalah Kopi ireng yang diracik khusus untuk memanggil lelembut, demit dan sejenisnya.
Bukan kopi untuk manusia, mereka yang belum pernah mencobanya, pasti akan memuntahkannya.
Namun, bagi lelembut dan sebangsanya, kopi itu manis sekali.
Semua anak memandang Widya. Namun Pak Prabu segera mengatakan hal lain.
"Sepurane sing akeh nduk, sampeyan onok sing ngetut'i (mohon maaf ya nak, kamu, ada yang mengikuti)."
Selain mengatakan itu, Pak Prabu juga mengatakan bahwa tidak perlu takut, karena Widya tidak akan serta merta di apa-apakan, hanya diikuti saja.
Yang lebih penting, Widya tidak boleh dibiarkan sendirian, harus selalu ada yang menemaninya. Untuk itu, Pak Prabu punya gagasan.
Mulai malam ini, mereka akan tinggal dalam satu rumah, hanya dipisahkan oleh sekat dari bambu anyam, Pak Prabu hanya meminta satu hal, jangan melanggar etika dan norma saja.