Sudah hampir satu jam lebih, tapi motor masih berjalan lebih jauh ke dalam hutan.
Khawatir bahwa yang dimaksud Ayu, setengah jam lewat 15 menit adalah setengah hari, Widya mulai berharap semua ini cepat selesai.
Di tengah perjalanan, tidak satupun dari pengendara motor itu yang mengajaknya bicara, aneh. Apa semua warga disana pendiam semua.
Malam semakin gelap, dan hutan semakin sunyi sepi. Namun, kata orang, dimana sunyi dan sepi ditemui, di sana rahasia dijaga rapat-rapat.
Kini, rasa menyesal sempat terpikir di pikiran Widya. Apakah ia siap, menghabiskan 6 minggu ke depan, di sebuah desa, jauh di dalam hutan.
Ketika suara motor memecah suara rintik gerimis, dari jauh, sayup-sayup, terdengar sebuah suara.
Suara familiar, dengan tabuhan kendang dan gong, diikuti suara kenong, kompyang, membaur menjadi alunan suara gamelan.
Apa ada yang sedang mengadakan hajatan di dekat sini. Dan ketika sayup-sayup suara itu perlahan menghilang, terlihat gapura kayu, menyambut mereka.
Sampailah mereka di Desa W****, tempat mereka akan mengabdikan diri selama 6 minggu ke depan.
"Monggo (permisi)," kata lelaki itu, sebelum meninggalkan Widya dengan motornya.