Di sinilah, cerita ini dimulai. Sesuai apa yang Nur katakan, mobil berhenti di jalur masuk hutan D, menempuh perjalanan 4 sampai 5 jam dari kota S.
Tanpa terasa hari sudah mulai petang, ditambah area dekat dengan hutan, membuat pandangan mata terbatas, belum sampai di sana, gerimis mulai turun, lengkap sudah.
Baca Juga: Siapa Sebenarnya Identitas Asli Mahasiswa di Cerita KKN di Desa Penari? Penasaran? Cek di Sini
Setelah menunggu hampir setengah jam, terlihat dari jauh, cahaya mendekat, Nur dan Ayu langsung mengatakan bahwa mereka yang akan mengantar.
Rupanya, yang mengantar adalah 6 lelaki paruh baya, dengan motor butut.
"Cuk, sepedaan tah," kata Wahyu, spontan.
Saat itu ada yang aneh entah disengaja atau tidak, ucapan yang dianggap biasa di kota S, ditanggapi lain oleh lelaki itu, wajahnya tampak tidak suka, dan sinis tajam melihat Wahyu.
Hanya saja, yang memperhatikan semua sedetail itu, hanya Widya seorang.
Apapun itu, semoga bukan hal yang buruk.
Di tengah gerimis, jalanan berlumpur, pohon di samping kanan kiri, mereka tempuh dengan suara motor yang seperti sudah mau ngadat saja, ditambah medan tanah naik turun, membuat Widya berpikir kembali.