WADAW! Satu dari 500 Lelaki Berpeluang Jadi Lucinta Luna

14 Agustus 2022, 13:25 WIB
Lucinta Luna akui dirinya jelek, operasinya gagal?. /Tangkap Layar YouTube/YouTube Farida Nurhan.

KALBAR TERKINI - Kaum lelaki sebaiknya jangan meledek beragam operasi mengerikan yang dilakukan oleh transgender Lucinta Luna.

Disebut mengerikan, ini karena operasi ini adalah dari 'potong leher, potong tulang ekor', selain operasi plastik untuk wajah.

Para ahli endokrinologi pediatrik di Unit Epidemiologi Medical Research Council (MRC) di University of Cambridge, Inggris, baru saja mendapati sebuah temuan menghebohkan.

Baca Juga: Lucinta Luna Unboxing Wajahnya Setelah Operasi Kepala di Korea Selatan, Begini Hasilnya

Hasil penelitian menemukan bahwa satu dari 500 pria kemungkin membawa kromosom seks ekstra yakni X dan Y.

Kromosom Y adalah pembawa sifat laki-laki, dan kromosom X membawa sifat perempuan. Jadi, jika seorang lelaki memiliki kromosom eksra, maka yang bersangkutan berisiko menjadi...Lucinta Luna!

Hanya saja, sebagaimana dilansir Kalbar-Terkini.com dari LiveScience, Kamis, 16 Juli 2022, lelaki yang memiliki dobel kromosom, kerap tak menyadarinya.

Penelitian yang melibatkan lebih dari 200.000 pria di Inggris itu diterbitkan pada Kamis, 9 Juni 2022 di jurnal Genetics in Medicine.

Baca Juga: Muhammad Fatah Ogah Dipanggil Lucinta Luna di Vlog Boy William, Tapi Bohong

Penelitian ini juga sudah termasuk data dari lebih 207.000 pria yang memberikan informasi kepada Biobank di Inggris.

Biobank ini merupakan gudang data genetik dan kesehatan dari setengah juta peserta yang berbasis di negara tersebut.

Dilaporkan bahwa lelaki biasanya membawa satu kromosom seks berbentuk X, dan satu Y di masing-masing sel mereka.

Tetapi di antara peserta penelitian, ada 213 pria yang membawa kromosom X ekstra, dan juga 143 pria lain yang memiliki kromosom Y ekstra.

Baca Juga: Lucinta Luna Ketagihan Lakukan Operasi Plastik, Simak Juga Dampaknya, Nomor 4 Bisa Membuat Anda Berpikir Ulang

Sangat sedikit dari pria ini yang melaporkan didiagnosis dengan kelainan kromosom, atau memiliki kelainan, seperti yang dicatat dalam catatan medis mereka.

Dari pria pembawa kromosom XXY, hanya 23 persen yang memiliki diagnosis yang diketahui, dan hanya 0,7 persen pria XYY yang didiagnosis.

Gejala potensial memiliki kromosom Y ekstra bisa sangat halus, yang mungkin agak menjelaskan perbedaan tingkat diagnosis, menurut Pusat Informasi Penyakit Genetik dan Langka.

"Kami terkejut melihat betapa umum hal ini," kata Dr Ken Ong, ahli endokrinologi pediatrik di Unit Epidemiologi Medical Research Council (MRC) di University of Cambridge.

Ong yang juga penulis senior dalam penelitian ini menyatakan hal itu kepada The Guardian. "Itu dianggap sangat langka."

Perkiraan sebelumnya menunjukkan bahwa sekitar 100 hingga 200 pria dari setiap 100.000 adalah XXY, menurut National Human Genome Research Institute.

Juga diperkirakan bahwa 18 hingga 100 dari setiap 100.000 pria dianggap memiliki kromosom XYY, menurut para peneliti dalam laporan mereka.

Secara keseluruhan, sekitar 0,17 persen dari peserta penelitian memiliki kromosom seks ekstr, a, atau sekitar satu dari 580.

Namun, tingkat yang diamati dalam penelitian ini, mungkin sedikit lebih rendah daripada di antara populasi umum.

Itu karena sukarelawan Biobank Inggris cenderung lebih sehat daripada populasi umum, dan memiliki insiden kondisi genetik yang lebih rendah dari rata-rata.

Berdasarkan ini, hasil penelitian memperkirakan bahwa sekitar satu dari 500 pria, atau 0,2 persen pada populasi umum, membawa kromosom seks ekstra.

Memiliki kromosom seks ekstra dapat meningkatkan risiko kondisi kesehatan tertentu.

Peningkatan risiko ini tampaknya tercermin dalam data kesehatan sukarelawan Biobank, menurut para peneliti.

Misalnya, sindrom Klinefelter (KS) - atau memiliki kromosom X ekstra sebagai laki-laki - telah dikaitkan dengan masalah reproduksi.

Ini termasuk infertilitas dan pubertas yang tertunda, menurut National Human Genome Research Institute.

Dalam studi tersebut, tingkat ketidakberanakan pria XXY empat kali lebih tinggi daripada pria XY, dan mereka tiga kali lebih mungkin mengalami pubertas terlambat, menurut sebuah pernyataan.

Dalam sebuah kondisi yang disebut Sindrom 47, maka XYY - atau memiliki kromosom Y ekstra sebagai lelaki- tidak terkait dengan peningkatan tingkat masalah reproduksi di kalangan peserta studi.

Konon, di masa lalu, sindrom tersebut telah dikaitkan dengan gejala lain, termasuk ketidakmampuan belajar.

Juga keterlambatan dalam memperoleh keterampilan bicara dan motorik, dan tonus otot yang sangat rendah, menurut Pusat Informasi Penyakit Genetik dan Langka.

Gejala-gejala ini tidak secara khusus dinilai dalam studi Biobank.

Namun, penelitian itu mengungkapkan kemungkinan hubungan antara kromosom seks ekstra, dan kondisi lainnya.

Dibandingkan dengan pria XY, pria XXY dan XYY menunjukkan tingkat diabetes tipe 2 yang lebih tinggi.

Juga penumpukan plak di dinding arteri (aterosklerosis); bekuan darah di vena (trombosis vena) dan arteri paru-paru (emboli paru).

Selain itu, kalangan ini menunjukkan telah mengidap penyakit paru obstruktif kronik, yang menghalangi aliran udara ke paru-paru.

Penelitian ini terbatas karena hanya mencakup pria keturunan Eropa, yang berusia antara 40 dan 70 tahun.

Namun, penelitian ini penting karena dimulai dari genetika.

Ini juga memberi tahutentang potensi dampak kesehatan dari memiliki kromosom seks ekstra pada populasi yang lebih tu.

Penelitian tersebut juga dilakukan tanpa bias, dengan hanya menguji pria dengan ciri-ciri tertentu, seperti yang sering dilakukan di masa lalu.

Demikian penjelasan Anna Murray, profesor genetika manusia di University of Exeter Medical School, yang juga peneliti senior untuk studi tersebut.

Dilansir dari Wikipedia , kromosom-Y juga disebut Kromosom Adam (dalam bahasa Inggris: Y-chromosomal Adam; Y-MRCA) dalam genetika manusia.

Ini adalah suatu nama hipotesis yang diberikan kepada 'nenek bersama paling terkini' terkait dari mana asal mula semua orang yang hidup sekarang ini.

Manusia diturunkan secara patrilineal (ditelusuri kembali hanya dari garis bapak dalam silsilah keluarga, karena kromosom-Y hanya ada pada pria).

Namun, julukan ini tidak secara permanen diberikan kepada satu orang tertentu.

Kromosom-Y dipilih menurut manusia pertama dalam Alkitab, yakni Adam, tetapi tidak dianggap bahwa pemegang kromosom ini ditentukan-satunya-satunya oleh lelaki yang hidup pada zamannya

Lelaki lain pada zamannya dapat memiliki keturunan yang masih hidup hingga sekarang, tetapi bukan melalui keturunan patrilineal saja.

Usia Y-MRCA telah diperkirakan berbeda-beda yakni selama 188.000, 270.000, 306.000, dan 142.000 tahun.

Sebuah makalah yang diterbitkan pada Maret 2013 melaporkan perkiraan tertua yakni 338.000 tahun.

Kemudian, berdasarkan dua laporan secara bersamaan pada Agustus 2013 memberi perkiraan lebih muda, di ana yang satu 180.000 sampai 200.000 tahun.

Sedangkan yang lain adalah genom dari sembilan populasi yang berbeda, menunjukkan antara 120.000 dan 156.000 tahun.

Secara analog dengan kromosom-Y, Eva mitokondria adalah seorang perempuan dari mana semua orang hidup diturunkan dari garis ibu (matrilineal), yang diperkirakan hidup 90.000 sampai 230.000 tahun lalu di Afrika.

Perkiraan ini didasarkan atas pewarisan mtDNA melalui ibu. Secara teori, kromosom-Y dan Eva mitokondria, tidak harus hidup pada waktu yang sama.

Penemuan pada 2013 itu memberi kemungkinan bahwa kedua orang ini dapat saja hidup pada zaman yang kurang lebih sama.

Tapi, penemuan haplogrup Y kuno telah mengubah perkiraan perkiraan kromosom-Y yang jauh melebihi Hawa mitokondria.

Pada 2015, perkiraan umum kromosom-Y berkisar antara 200.000 hingga 300.000 tahun yang lalu, kurang lebih sesuai dengan masa kemunculan manusia dengan anatomi modern.

Kromosom-Y adalah kromosom seks yang membawa sifat laki-laki. Pada manusia, laki-laki memiliki kromosom XY, sedangkan perempuan XX.

Di mamalia, kromosom-Y memiliki gen SRY, yang menghasilkan perkembangan testis. Jumlah DNA dalam kromosom-Y manusia itu sekitar 59 juta pasangan basa.

Kromosom Y hanya diturunkan dari ayah ke anak. Hingga saat ini, sekitar lebih dari 200 gen yang berhubungan dengan kromosom-Y telah diidentifikasi

Adapun kromosom X merupakan salah satu kromosom yang memegang peran penting dalam menentukan jenis kelamin pada manusia.

Kromosom ini dikenal dengan nama lain yakni autosom. Pada wanita, terdapat sepasang kromosom X, sedangkan pada pria terdapat satu buah kromosom X, dan satu buah kromosom Y.

Terdapat beberapa penyakit keturunan yang terpaut pada kromosom X, seperti buta warna dan hemofilia.

Maka dari itu, penyakit ini dapat diturunkan kepada pria maupun wanita, karena setiap manusia memiliki probabilitas memiliki kromosom X.

Pada kromosom X, terdapat kurang lebih 2000 gen dari 20.000 hingga 25.000 total gen yang dimiliki oleh manusia.

Pada proses awal embrionik terdapat fenomena inaktivasi kromosom X.

Fenomena ini yang menyebabkan hanya salah satu kromosom X yang dapat bekerja, dan menyalin sehingga dapat diturunkan untuk membentuk kelamin pria, yakni XY.

Terdapat beberapa sindrom yang terjadi jika terjadi kelainan pada autosomnya, terutama pada kromosom X.

Adapun Sindrom Klinefelter (KS), juga dikenal sebagai 47,XXY atau sindrom XXY, adalah gejala (sindrom) yang disebabkan oleh dua atau lebih kromosom X pada laki-laki.

Gejala utama sindrom ini adalah infertilitas dan ukuran testis yang kecil.

Gejala sindrom Klinefelter dapat sulit terlihat, dan banyak orang tidak menyadari bahwa mereka memiliki gejala tersebut.

Ini kadang-kadang muncul gejala yang lebih menonjol, seperti otot yang lebih lemah, badan yang lebih tinggi, koordinasi anggota tubuh yang buruk.

Juga, bulu badan lebih sedikit, pertumbuhan payudara, dan minat terhadap seks.

Terkadang hanya pada saat pubertas gejala-gejala ini mulai terlihat.

Kecerdasan biasanya normal, namun kesulitan membaca dan kesulitan dalam berbicara, sering ditemukan.

Gejala biasanya lebih parah jika ada tiga atau lebih kromosom X ekstra (sindrom 48,XXXY atau sindrom 49,XXXXY).

Sindrom Klinefelter biasanya terjadi secara acak. Kehamilan pada usia tua dapat memiliki sedikit risiko lebih tinggi untuk melahirkan anak dengan KS.

Kondisi ini biasanya tidak diturunkan dari orang tua seseorang.

Mekanisme dasar sindrom Klinefelter melibatkan setidaknya satu kromosom X tambahan terhadap kromosom Y, sehingga jumlah kromosom adalah lebih dari jumlah yang biasanya.

KS didiagnosis oleh tes gen karyotip.

Tidak ada obat yang diketahui dapat mengobati sindrom Klinefelter.

Sejumlah perawatan dapat membantu, misalnya terapi fisik, terapi bicara dan bahasa, konseling, serta penyesuaian metode pendidikan.

Terapi penyulihan androgen dapat digunakan pada mereka yang memiliki kadar hormon testosteron yang lebih rendah.

Payudara yang membesar dapat diangkat dengan pembedahan.

Hampir setengah dari laki-laki dengan sindrom Klinefelter, masih dapat memiliki keturunan dengan bantuan teknologi reproduksi.

Namun, praktik tersebut mahal, dan tidak bebas risiko.

Laki-laki dengan sindrom Klinefelter dapat memiliki risiko kanker payudara yang lebih tinggi daripada pada umumnya, tetapi masih lebih rendah daripada perempuan.

Orang dengan kondisi ini memiliki usia harapan hidup yang hampir normal.

Sindrom Klinefelter adalah salah satu gangguan kromosom yang paling umum, terjadi pada satu hingga dua per 1.000 kelahiran anak lelaki.

Sindrom ini diberi nama dari endokrinolog, Harry Klinefelter, yang mengidentifikasi gejala-gejalanya pada dekade 1940-an.

Pada 1956, keberadaan kromosom X lebih pertama kali diidentifikasi.

Tikus juga dapat memiliki sindrom XXY sehingga dapat ditemukannya model penelitian yang berguna ini.

Bayi dan anak laki-laki XXY dapat memiliki otot yang lebih lemah.

Seiring bertambahnya usia, mereka cenderung menjadi lebih tinggi, serta memiliki kontrol dan koordinasi otot yang lebih lemah daripada anak laki-laki seusia mereka.

Selama pubertas, ciri-ciri fisik sindrom Klinefelter akan menjadi lebih tampak.

Karena anak laki-laki dengan sindrom ini tidak menghasilkan testosteron sebanyak anak laki-laki lainnya, mereka memiliki tubuh yang kurang berotot.

Lebih sedikit bulu pada wajah dan tubuh, dan pinggul yang lebih lebar. Saat remaja, laki-laki XXY dapat memiliki jaringan payudara yang berkembang.

Mereka juga memiliki tulang yang lebih lemah, serta tingkat energi yang lebih rendah daripada laki-laki lainnya.

Saat usia dewasa, laki-laki XXY terlihat mirip dengan laki-laki pada umumnya, meskipun mereka sering memiliki tubuh yang lebih tinggi.

Pada orang dewasa, ciri-ciri yang ada sangat bervariasi, dan dapat hanya tampak sedikit, atau tidak terlihat sama sekali.

Ciri-ciri tersebut di antaranya adalah penampilan yang kurus (lanky), wajah dan tubuh yang tampak muda, atau bentuk tubuh bulat dengan gejala ginekomastia (perkembangan jaringan payudara).

Ginekomastia ditemukan pada sekitar sepertiga dari orang dengan sindrom Klinefelter, sedikit lebih tinggi daripada populasi XY.

Sekitar 10 persen laki-laki XXY memiliki ginekomastia yang cukup mencolok, sehingga mereka dapat memilih untuk menjalani pembedahan.

Istilah 'hipogonadisme' pada gejala XXY sering disalahartikan sebagai 'memiliki testis kecil', meskipun arti sebenarnya mengarah ke penurunan fungsi hormon testis atau endokrin.

Karena hipogonadisme (primer) ini, seseorang dengan kromosom XXY sering memiliki kadar testosteron serum yang rendah.

Tetapi, mereka memiliki kadar hormon perangsang folikel serum dan hormon luteinisasi yang tinggi.

Meskipun ada kesalahpahaman tentang istilah ini, laki-laki XXY memang dapat pula memiliki mikroorkidisme (testis berukuran kecil)

Testis laki-laki dengan sindrom Klinefelter berukuran kurang dari 3,5 sentimeter dan panjang dengan lebar kurang dari satu sentimeter, dan volume kurang dari empat mililiter.

Laki-laki dengan sindrom Klinefelter umumnya infertil atau memiliki kesuburan yang rendah serta lebih berpeluang memiliki masalah kesehatan tertentu yang umumnya ditemukan pada perempuan.***

Sumber: Live Science, Wiipedia

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: Live Science

Tags

Terkini

Terpopuler