Makam Simpang Keramat, Bukti Perlawanan Rakyat Simpang Hilir Kepada Belanda 106 tahun Silam

- 1 Maret 2021, 08:07 WIB
ZIARAH MAKAM - Pelaksanaan ziarah makam keramat simpang yang dilakukan Wakil Bupati Kayong Utara dan Raja Simpang Hilir, Minggu 28 Februari 2021
ZIARAH MAKAM - Pelaksanaan ziarah makam keramat simpang yang dilakukan Wakil Bupati Kayong Utara dan Raja Simpang Hilir, Minggu 28 Februari 2021 /ISTIMEWA/ZIARAH MAKAM

KALBAR TERKINI - Rakyat Kecamatan Simpang Hilir memiliki kisah heroik terkait perlawanananya terhadap penjajahan Belanda.

Hingga kini kisah perlawanan tersebut masih terpatri dalam ingatan masyarakat. Selain itu juga masyarakat masih memiliki peninggalan berupa makam yang biasa disebut simpang keramat.

Susur sungai berziarah ke  makam keramat sekusor mengenang perjuangan rakyat simpang dalam Perang Belangkaet yang terjadi  28 februari 1915 silam.

Untuk mengenang 106 tahun perjuangan rakyat simpang sebutan Kecamatan Simpang Hilir dalam melawan penjajahan belanda.

Baca Juga: Kafe di New York ini Sajikan Dangdut dan Kopi Indonesia Sebagai Menu Utama

Wakil Bupati Kayong Utara, H. Effendi Ahmad bersama Sultan Simpang, Gusti M Hukma yang bergelar Sultan Muhammad Jamaludin Tiga, melakukan ziarah dan susur sungai, Minggu 28 Februari 2021.

Sebelum bertolak ke simpang keramat Desa Matan, Rombongan terlebih dahulu berkumpul di rumah Amru Chanwari salah satu tokoh masyarakat Desa Melano. 

Hadir di dalam rombongan ini, kerabat keraton Simpang dan para pemuda dan pencinta Sejarah Kayong Utara.

Baca Juga: Bekunjung ke Jakarta, Sekarang Anda Bisa Dilayani Taksi Terbang dari Bandara Soekarno-Hatta

Rombongan kemudian menggunakan kapal kelotok, berangkat menuju simpang keramat. Setelah melewati perjalanan dua jam lebih, rombongan tiba.

Wakil Bupati Kayong Utara, H Effendi Ahmad, memimpin doa bersama di makam Gusti Panji.

Baca Juga: Miliki Ruang Tenun dan Ruang Tato, Rumah Betang Dayak Iban Sungai Utik Segera Kelar

Puncak meletusnya perang ini tepatnya pada tanggal 27 – 28 Februari 1915 di sebuah kampung yang bernama Belangkaet.

Tujuan dari Perang itu adalah melawan kebijakan penjajah Belanda yang menerapkan Korte Veklaring (Kontrak pajak) atau masyarakat Simpang di masa itu menyebutnya dengan nama “pungkar”.

Selain itu, beberapa nama kampung yang disebut dalam koran Belanda tahun 1915 itu adalah Kampung Sebango, Mendarau Guntung, Mungguk Jering, Sungai Putih, Semandang Kiri, dan Kampung Belangkaet sebagai pusat dari berkecamuknya perang di masa itu.

Halaman:

Editor: Slamet Bowo Santoso

Sumber: Berbagai sumber Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x