Profil Lengkap Kapitan Pattimura, Seorang Kapitan Besar dari Ambon

6 Juli 2022, 06:57 WIB
Profil singkat Thomas Matulessy atau dikenal Kapitan Pattimura /Tangkap layar ditsmp.kemdikbud.go.id

KALBAR TERKINI - Pattimura atau Thomas Matulessy adalah pahlawan yang berjuang menentang Belanda.

Pada 7 Mei 1817, dalam rapat umum di Baileu negeri Haria, Pattimura dikukuhkan dalam upacara adat sebagai 'Kapitan Besar'.

Dia memimpin penyerbuan ke benteng Duurstede dan menguasainya dari tangan Belanda.

Selanjutnya, dia memimpin pasukan bertempur melawan pasukan Mayor Beetjes.

Baca Juga: Ustadz Adi Hidayat vs Sejarawan UGM Soal Nama Pattimura

Pattimura dan para pejuang ditangkap Belanda pada 11 November 1917.

Pattimura dihukum gantung di Ambon pada 16 Desember 1817.

Leluhur keluarga Matulessia berasal dari Pulau Seram (sekarang Provinsi Maluku).

Leluhur Matulessia kemudian berpindah ke Haturessi (sekarang Negeri Hulaliu).

Kemudian, seorang moyang Thomas Matulessy berpindah ke Titawaka (sekarang Negeri Itawaka).

Baca Juga: PROFIL ACT! Yayasan Amal yang Tersandung Masalah Gaji Selangit Pengelola

Di antara keturunannya ada yang menetap di Itawaka dan ada yang berpindah ke Ulath, ada yang kembali menetap di Hulaliu, dan ada yang berpindah ke Haria.

Keturunan di Haria inilah yang menurunkan ayah dari Thomas Matulessy, yakni Frans Matulessia/Matulessy.

Ibu Thomas berasal dari Siri Sori Serani.

Thomas Matulessy punya satu saudara kandung, yakni Johannis Thomas.

Thomas tidak kawin dan tidak berketurunan, sedangkan Johannis menurunkan keluarga Matulessy yang sekarang berdiam di Haria.

Ahli waris yang memegang surat pengangkatan Kapitan Pattimura sebagai pahlawan nasional selepas Indonesia merdeka.

Keluarga Matulessia beragama Kristen Protestan.

Nama Johannis dan Thomas diambil dari Alkitab.

Nama Matulessy disebut pula sebagai Matulessia, berasal dari kata 'matatulessi', artinya adalah 'mati dengan lebih' (ma=mati; tula=dengan; lessi=lebih).

Nama 'matatulessi' berubah menjadi 'matulessia'.

Kapitan Pattimura atau Thomas Matulessy menyusun 'Proklamasi Haria' untuk menolak tegas kedatangan Belanda ke wilayah Maluku.

Belanda berusaha menguasai Maluku sejak berakhirnya kedudukan Inggris di Indonesia pada tanggal 25 Maret 1817.

Pada saat itu, beberapa orang yang berfam (nama famili) Matulessy mengalami diskriminasi oleh pemerintah kolonial Belanda.

Belanda tidak mau menerima raja, patih, murid, pegawai, serdadu atau agen polisi, yang bernama Matulessia.

Fam tersebut harus diganti. Lalu ada keluarga yang berganti fam menjadi Matulessy atau Matualessy.

Ada pula yang tetap memakai nama Matulessia.

Di Hulaliu keluarga itu mengganti namanya menjadi Lesiputih, artinya putih lebih, yang mengandung makna orang putih yang menang.

Pada 1920, atas permintaan dari keluarga tersebut, Gubernur Jenderal Van Limburg Stirum memutuskan mengizinkan keluarga Lesiputih memakai kembali nama Matulessy.***

 

Editor: Yuni Herlina

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler