Perayaan Maulid sempat dilarang oleh Al-Afdhal bin Amir al-Juyusy dan kembali diperbolehkan pada masa Amir li Ahkamillah pada 524 H.
Perayaan maulid kembali dilakukan pada masa kepemimpinan Salahuddin Al Ayyubi pada tahun 1183 (579 Hijriah) atas usulan saudara iparnya, Muzaffaruddin.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan semangat juang Islam saat mengadapi Perang Salib untuk merebut kota Yerussalem.
Tradisi Perayaan Maulid Nabi Di Indonesia
Di Indonesia, perayaan Maulid Nabi mendapat pengaruh dari Wali Songo saat menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.
Perayaan Maulid juga mengadaptasi budaya Jawa yang kita kenal sebagai Grebeg Mulud.
Perayaan Maulid Nabi di Indonesia biasanya dengan membaca Manaqib Nabi Muhammad dalam Kitab Maulid Barzanji, Maulid Simtud Dhurar, Diba’, Saroful Anam, Burdah, dan lain-lain.
Namun, di Indonesia biasa perayaan Maulid nabi dilakukan dengan cara berbeda-beda, misalnya,
- Grebeg Mulud
Grebeg Mulud merupakan perayaan Maulid Nabi yang biasa diadakan di Solo dan Yogyakarta.
Biasanya ditutup dengan arak-arakan gubungan yang berisi aneka jenis makanan tradisional hingga hasil bumi dan dibagikan kepada masyarakat.