khalifah dari dinasti Fathimiyyah di Mesir pada 341 Hijriyah. Kemudian, perayaan Maulid dilarang oleh Al-Afdhal bin Amir al-Juyusy dan kembali marak pada masa Amir li Ahkamillah pada 524 H.
Baca Juga: Bantai 3 Juta Simpatisan PKI, Inilah Fakta Sarwo Edhie Prabowo Perlu Untuk Diketahui
Berselang beberapa waktu, pada 1184, perayaan maulid dilakukan dengan kegiatan yang amat terkenal yaitu sayembara penulisan riwayat Nabi SAW beserta puja-pujian kepada beliau.
Syaikh Ja'far Al-Barzanji terpilih menjadi pemenenang dengan kitabnya yang kerap dibaca selama maulid Nabi Muhammad yaitu Kitab Barzanji.
Peringatan Maulid Nabi yang kembali dipelopori oleh Salahuddin Al-Ayyubi itu melahirkan buah positif. Semangat juang melalui teladan kisah hidup Nabi Muhammad SAW berhasil dengan baik.
Namun, seiring berjalannya waktu perdebatan maupun kontrovesi mengenai maulid Nabi terus di bahas kembali, bahkan hingga saat ini.
Hal ini juga dikarenakan tidak ada petunjuk dan anjuran lebih mendalam mengenai perayaan maulid nabi.
Sementara itu, jika dilihat tinjauan sejarah Nabi Muhammad juga merayakan hari kelahirannya, dan itu sebagai contoh maupun panutan bagi umatnya terdahulu hingga saat ini dalam merayakan hari kelahirannya.
Baca Juga: Preview Tokyo Revengers Chapter 272: Shinichiro Pergi ke Masa Lalu