Tanggalan Jawa Rupanya Sudah Digunakan Sejak 15 Ribu Tahun Lalu, Dibuat Aji Saka, Berikut Sejarah Lengkapnya

- 26 Januari 2022, 22:28 WIB
Elemen dalam penanggalan Jawa, yang konon sudah digunakan masyarakat Jawa sejak 15 ribu tahun yang lalu
Elemen dalam penanggalan Jawa, yang konon sudah digunakan masyarakat Jawa sejak 15 ribu tahun yang lalu /Istimewa/InfoBudaya.com

KALBAR TERKINI - Tidak banyak yang tahu, masyarakat Jawa sudah menggunakan kalender jawa sejak ratusan tahun yang lalu.

Kalender jawa memang masih banyak digunakan oleh masyarakat jawa itu sendiri hingga kini untuk berbagai keperluan.

Bahkan, konon tanggalan jawa sudah digunakan oleh masyarakat Jawa sejak 15 ribu tahun lalu sesuai dengan penemuan bukti-bukti sejarah.

Baca Juga: Tanggalan Jawa Lengkap Februari 2022, Lengkap Setahun Disertai Tanggal Nasional dan Arab, Beserta Nama Pasaran

Masyarakat Jawa sendiri sering menyebutnya dengan tanggalan daripada almanak atau kalender seperti sebutan pada umumnya.

Panduan pokoknya biasanya yakni tanggalan rembulan, hampir mirip dengan tanggalan arab.

Berikut sejarah lengkap tanggalan jawa dilansir Kalbarterkini.com dari InfoBudaya.com.

Kalender Jawa diciptakan oleh mPu Hubayun, pada tahun 911 Sebelum Masehi.

Pada tahun 50 SM Raja/ Prabu Sri Mahapunggung I  (juga dikenal sebagai Ki Ajar Padang I) melakukan perubahan terhadap huruf/ aksara, serta sastra Jawa.

Baca Juga: TANGGALAN JAWA 2022: Empat Hari Buruk untuk Agenda Besar Januari 2022, Berikut Penjelasan Lengkapnya

Bila kalender Jawa dibuat berdasarkan‘Sangkan Paraning Bawana‘ (=asal usul/ isi semesta), maka aksara Jawa dibuat berdasarkan “Sangkan Paraning Dumadi” (=asal usul kehidupan), serta mengikuti peredaran matahari (=Solar System).

Pada 21 Juni 0078 Masehi, Prabu Ajisaka mengadakan perubahan terhadap budaya Jawa.

Yaitu dengan memulai perhitungan dari angka nol (‘Das’=0), menyerap angka 0 dari India, sehingga pada tanggal tersebut dimulai pula kalender Jawa ‘baru’.

Kemudian tanggal 1 Badrawana tahun Sri Harsa, Windu Kuntara ( = tanggal 1, bulan 1, tahun 1, windu 1), hari Radite Kasih (-Minggu Kliwon), bersamaan dengan tanggal 21 Juni tahun 78 M.

Baca Juga: TANGGALAN JAWA 2022: Bulan Januari Beserta Hari Baik dan Buruk untuk Urusan Penting, Hindari yang Warna Merah

Selama ini, banyak pendapat yang mengatakan, bahwa Prabu Ajisaka ialah orang India/ Hindustan.

Akan tetapi hal tersebut nampaknya kurang tepat, dengan fakta-fakta kisah dalam huruf Jawa, bahwa :

1. Pusaka Ajisaka yang dititipkan kepada pembantunya berujud keris. Tak ditemukan bukti-bukti peninggalan  keris di India, dan keris adalah asli Jawa.

2. Para pembantu setia Ajisaka sebanyak 4 (empat) orang (bukan 2 orang seperti yang banyak dikisahkan), dengan nama berasal dari bahasa Kawi yaitu:

Baca Juga: TANGGALAN JAWA 2022: Bulan Januari Beserta Hari Baik dan Buruk untuk Urusan Penting, Hindari yang Warna Merah

a. DURA (dibaca sesuai tulisan), yang dalam bahasa Kawi berarti anasir alam berupa AIR artinya = ‘bohong’,  sangat jauh berrbeda dengan aslinya.

b. SAMBADHA (dibaca seperti tulisan), yang dalam Bahasa Kawi berarti anasir alam yang berupa API artinya “mampu” atau ‘sesuai’.

c. DUGA ( dibaca seperti tulisan), dalam bahasa Jawa Kuna berarti anasir TANAH, namun bila dibaca dengan cara kini, akan berarti “pengati-ati’ atau ‘adab’.

Baca Juga: Tanggalan Jawa 2022 Lengkap Beserta Penanggalan Nasional, Jawa dan Arab, Beserta Nama Pasaran Dalam Sepekan

d. PRAYUGA (dibaca seperti tulisan), dalam Bahasa Jawa Kuna artinya adalah “ANGIN“, dan bila dibaca dengan cara sekarang akan berarti ‘sebaiknya/ seyogyanya”.

Keempat unsur/ anasir tersebut adalah yang ada di alam semesta (makrokosmos / bawana ageng) serta dalam tubuh manusia (mikrokosmos / bawana alit).

3. Nama Ajisaka ( Aji & Saka)  adalah berasal dari Bahasa Jawa Kuna, yang berarti Raja/ Aji yang Saka (= mengerti & memiliki kemampuan spiritual), Raja Pandita, Pemimpin Spiritual.

Prabu Ajisaka juga bernama Prabu Sri Mahapunggung  III, Ki Ajar Padang III, Prabu Jaka Sangkala, Widayaka, Sindhula.

Baca Juga: Tanggalan Jawa 2022 Lengkap Beserta Penanggalan Nasional, Jawa dan Arab, Beserta Nama Pasaran Dalam Sepekan

Petilasannya adalah api abadi di Mrapen, Grobogan, Purwodadi, Jawa Tengah.

Pada saat Sultan Agung Anyakrakusuma bertahta di Mataram abad XVI Masehi, terdapat 3 unsur kalender budaya dominan, yaitu Jawa/ Kabudhan (solar system).

Kemudian juga Hindu (solar system), dan Islam (Hijriah, Lunar Sytem), sementara di wilayah Barat/ Sunda Kelapa dan sekitarnya sudah mulai dikuasai bangsa asing / Belanda.

Untuk memperkuat persatuan di wilayah Mataram guna melawan bangsa asing, Sultan Agung melakukan penyatuan kalender yang digunakan.

Akan tetapi penyatuan kalender Jawa /Saka dan Islam/Hijriah tersebut tetap menyisakan selisih 1 (satu) hari.

Baca Juga: Tanggalan Jawa 2022 Lengkap Beserta Penanggalan Nasional, Jawa dan Arab, Beserta Nama Pasaran Dalam Sepekan

Sehingga pada akhirnya terdapat 2 perhitungan, yaitu istilah tahun Aboge (tahun Alip, tgl 1 Suro jatuh hari Rebo Wage), serta istilah Asapon (Tahun Alip, tg 1 Suro, hari Selasa Pon).

Perubahan ini bertepatan dengan tanggal 1 Muharram 1043 Hijriah, 29 Besar 1554 Saka, 8 Juli 1633 Masehi.

Tanggal tersebut ditetapkan sebagai tanggal 1 bulan Suro tahun 1554 Jawa (Sultan Agungan) yang digunakan sekarang.

Apabila ditilik berdasarkan penanggalan Jawa yang diciptakan mPu Hubayun pada 911 SM, maka saat ini (2013) adalah tahun 2924 Jawa (asli, bukan Saka, Jawa kini, atau Hijriah).

Sebuah Kalender asli yang dibuat tidak berdasarkan agama, atau aliran kepercayaan apapun.

Dengan demikian, tinggal sedikit lagi untuk menemukan bukti-bukti arkeologi autentik lainnya.

Setelah ditemukan lempeng tanah persawahan yang diperkirakan berumur 6000 tahun lebih di kedalaman laut Jawa, maka penemuan kalender yang telah berumur 15 ribu tahun itu bisa jadi memang berasal dari peradaban Nusantara.***

Editor: Slamet Bowo Santoso

Sumber: InfoBudaya.net


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x