ALBAR TERKINI - Taliban bersikeras tidak akan menghadiri konferensi perdamaian apa pun sampai semua pasukan asing meninggalkan Afghanistan. Sementara para ulama Indonesia mengutuk serangan Taliban sebagai tirani dan mendesak segera mengakhiri perang saudara panjang di negara Islam itu.
Kendati dikecam oleh komunitasi ternasional, pasukan bersorban ini bersikeras tak akan melakukan negoisasi apa pun. Mereka juga tak megomentari serangan yang dilakukan pada hari pertama Bulan Suci Ramadan, Selasa, 13 April 2021, yang menewaskan dua tentara Afghanistan dan mengagetkan komunitas internasional bahkan PBB.
Dikutip Kalbar-Terkini.com dari Afghanistan Times, Rabu, 14 April 2021, Taliban juga menolak menghadiri pertemuan puncak tentang masa depan Afghanistan yang bakal diadakan di Turki Pada 24 April- 4 Mei 2021, terkait upaya mengakhiri konflik Afghanistan.
Kelompok tersebut membuat pengumuman sebagai tanggapan atas sikap Pemerintah AS Joe Biden untuk menarik pasukan AS pada 11 September 2021, garis waktu yang mirip dengan peringatan 20 tahun 9/11.
Baca Juga: Berdosanya Taliban Gelar 'Ramadhan Berdarah': Gertak AS Mundur dari Afghanistan
Baca Juga: Hillary Clinton Tulis Novel 'Negara Teror'
Baca Juga: Kurniawan alias Huang: 'Manusia Sampah' ini Dikembalikan ke Indonesia
"Sampai semua pasukan asing benar-benar menarik diri dari tanah air kami, Imarah Islam tidak akan berpartisipasi dalam konferensi apa pun yang akan membuat keputusan tentang Afghanistan," kata juru bicara kantor politik pemberontak di Qatar, Mohammad Naeem, Selasa.
Naeem menyatakan dalam sebuah tweet bahwa pihaknya 'melakukan pekerjaannya dengan konsultasi sesuai dengan pedoman agama mulia Islam, dan kemudian mengadopsi sikap apa pun yang diputuskan dalam hasil konsultasi tersebut'. ulama ind
Menurutnya, batas waktu baru melanggar tenggat waktu sebelumnya yang disepakati pada kesepakatan damai antara AS dan Taliban pada 2020 di Doha telah berlangsung lebih dari sepuluh putaran negosiasi antara kedua belah pihak.