KALBAR TERKINI - Tak semua orang Belanda pada zaman kolonial adalah penjajah.
Ini tercermin dari kinerja Yayasan Van Deventer-Maas Stichting (VDMS) dalam memajukan pendidikan termasuk kaum perempuan di Hindia Belanda.
Berdiri pada 1947, keberadaan VDMS terkait erat dengan Raden Ajeng (RA) Kartini, sebagaimana dilansir Kalbar-Terkini.com dari laman Yayasan Van Deventer-Maas Stichting.
Semua itu berawal pada 1880, ketika Conrad T van Deventer muda, baru saja lulus dari Fakultas Hukum Universitas Leiden, Belanda.
Bersama pengantin barunya, Elisabeth M atau dikenal sebagai (Betsy) Maas, berangkat ke Koloni Belanda di Hindia Belanda, yakni di Ambon, Pulau Maluku, dan ke Semarang di Pulau Jawa, kemudian mereka tinggal selama 17 tahun.
Coen -panggilan akrabnya- tinggal di Ambon kemudian di Semarang, dan akrab dengan Bupati Jepara, sejak dia bersama istrinya ke Jepara pada 1881.
Suami istri ini terutama Betsy Maas kemudian akrab dengan Kartini, yang pertama kali mereka kenal ketika Kartini masih berusia 12 tahun.
Coen dan Betsy Maas kembali ke Belanda pada 1897, kemudian pada 1899, Coen menerbitkan artikelnya berjudul 'Een eereschuld' ('Hutang Kehormatan') di Jurnal De Gids pada 1899 .