Jarak Pandang di Bawah 10 Meter, Kabut Asap Bahayakan Pelayaran di Kalbar

- 2 Maret 2021, 10:08 WIB
Sejumlah siswa menaiki kapal motor menembus kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Sungai Ogan, Palembang, Sumatera Selatan, Senin, 16 September 2019. Pemerintah Kota Palembang mengeluarkan surat edaran berisi perubahan jam belajar bagi siswa untuk mengantisipasi asap akibat kebakaran lahan yang dapat membahayakan kesehatan siswa.*/ANTARA
Sejumlah siswa menaiki kapal motor menembus kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Sungai Ogan, Palembang, Sumatera Selatan, Senin, 16 September 2019. Pemerintah Kota Palembang mengeluarkan surat edaran berisi perubahan jam belajar bagi siswa untuk mengantisipasi asap akibat kebakaran lahan yang dapat membahayakan kesehatan siswa.*/ANTARA /

PONTIANAK, KALBAR TERKINI – Kabut asap dampak dari pembakaran hutan dan lahan dirasakan semakin pekat di Kota Pontianak dan sekitarnya.

Kondisi ini membuat jarak pandang di Kota Pontianak hanya sekitar 10 meter dari pukul 02.00 WIB hingga 07.00 Wib pagi.

Sejumlah nakhoda kapal motor (KM) angkutan sungai mulai mengeluhkan jarak pandang yang sangat pendek karena semakin pendeknya pandang dampak kebakaran hutan dan lahan.

Baca Juga: Dukung Kalbar Jadi 2 Provinsi, Sutarmidji: Jangan Sampai jadi Masalah

"Hari ini jarak pandang di pagi hari sangat pendek sekali, yakni sekitar 20 meter saja, karena tebalnya kabut asap dampak Karhutla," kata Usman salah seorang nakhoda KM yang melayani angkutan barang dan orang di alur Sungai Kapuas, dilansir dari Antara, Selasa 2 Maret 2021.

Dia menjelaskan, kabut asap cukup tebal dia rasakan sekitar pukul 02.00 WIB hingga pukul 07.00 WIB sehingga sangat membahayakan transportasi di sungai.

"Kabut asap tebal mulai dirasakan dalam tiga hari terakhir dampak semakin banyaknya kebakaran hutan dan lahan, sehingga sangat mengganggu jarak pandang kami," ungkapnya.

Baca Juga: Buka Jalur Keterisoliran, Danrem 121/Abw Siap Buka TMMD ke-110 Kodim 1206/Psb

Dampak semakin tebalnya kabut asap itu, sehingga dia dan rekan sesama nakhoda terpaksa membawa KM dengan pelan guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, seperti tabrakan atau lainnya.

"Bahkan kami harus berhenti atau menambat KM karena jarak pandang yang sangat pendek, yakni di bawah 10 meter, hal itu dilakukan guna mencegah tabrakan," katanya.

Usman berharap segera turun hujan, karena dampak tidak hujan telah menyebabkan Karhutla yang memicu kabut asap sehingga selain tidak baik bagi kesehatan juga mengganggu aktivitas transportasi sungai dan lainnya.

Baca Juga: Kawasan GOR Khatulistiwa Ditata Oleh Disporapar Kalbar, Kini Kondisinya Semakin Indah

Hal senada juga diakui oleh Heri yang juga salah seorang nakhoda KM angkutan sungai dari Pontianak tujuan hulu Sungai Kapuas dan sebaliknya.

"Kabut asap sejak beberapa hari ini sangat mengganggu transportasi air, karena jarak pandang yang sangat pendek," ujarnya.

Dia juga berharap, Kalbar umumnya diguyur hujan sehingga lahan gambut tidak mudah terbakar lagi dan bencana kabut asap segera berakhir.

Baca Juga: Korban Mulai Berjatuhan, PSMTI Berperan Aktif pada Penanganan Karhutla

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Mempawah, Kalimantan Barat menyebutkan terpantau sebanyak 176 titik panas atau hot spot di Provinsi Kalbar pada hari ini, Senin (1/3), yang tersebar di tujuh kabupaten/kota.

Tertinggi di Kabupaten Kubu Raya sebanyak 103 titik panas, kemudian Mempawah 47 titik panas.

Halaman:

Editor: Slamet Bowo Santoso

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x