Gelar FGD, FIM Kalbar Kritisi Pengaruh Investasi dan Hutang Terhadap Kedaulatan

18 Oktober 2023, 07:50 WIB
FGD FIM /Wandra Irvandi/KALBAR TERKINI

KALBAR TERKINI  – Forum Intelektual Muslim Kalimantan Barat (FIM Kalbar) melalui kembali menggelar kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema Pengaruh Investasi dan Hutang Terhadap Kedaulatan.

FGD tersebut diikuti juga beberapa tokoh seklaigus menghadirkan dua narasumber yaitu M.Kurniawan M.Sc selaku pengamat politik dan kebijakan negara dan Herman sebagai aktivis Muslim Minggu, 15/10 kemarin.

Pengamat politik dan kebijakan negara, Kurniawan menyebutkan bahwa investasi tidak boleh menjadi alat penjajahan.

Baca Juga: 10 Tarian Daerah Khas Pontianak, Kalimantan Barat yang Perlu Diketahui, Ada Tari Monong Hingga Jepin

“70-80 % kekayaan alam Indonesia sudah dikuasai asing dan aseng. Padahal Indonesia dari segi sumber daya alamnya itu boleh dibilang nomor satu di dunia baik dari segi keragamannya maupun dari segi kuantitasnya. Tapi rakyatnya melarat dan miskin.” Jelasnya.

Ia juga menjelaskan investasi dalma pandangan Islam. Menurutnya Islam menetapkan bahwa sejumlah sumber daya tidak bisa dimiliki oleh individu. Kepemilikannya adalah milik seluruh ummat. Negara menjadi pengelolanya untuk memberikan manfaat yang sebesar besarnya bagi rakyat.

“Kalaupun ada individu yang terlibat dalam pencarian, produksi atau distribusinya, maka ia hanya dibayar sesuai dengan kerjanya bukan dengan pola bagi hasil seperti seakan akan dia bagian dari pemiliknya Karena pada hakekatnya, hak kepemilikan umum tersebut tidak bisa dialihkan kepada siapapun” ujar Kurniawan.

Baca Juga: Sejarah dan Asal Usul Kota Pontianak, Jelang Ulang Tahun yang ke 252, Kembali Angkat Tema Pontianak Bersinar

Sedangkan menurut Herman selaku aktivis, bahwa asas dalam investasi dan dasar pembangunan saat ini adalah keliru yaitu asas manfaat semata tanpa memperhatikan lagi dampak lainnya. Dalam hal ini ia mengangkat isu Rempang Eco City.

“Sekulerisme juga menjadi dasar Pembangunan, Tomy Winata mengaku berhasil meyakinkan perusahan Tiongkok, Xinyi International untuk berinvestasi US$ 11,5 miliar, setara Rp 175 triliun, padahal akurasi klaim ini diragukan, karena asset Xinyi tidak sebanyak itu, serta banyak proyek Xinyi di berbagai tempat tidak jalan” jelasnya.

Ia juga menambahkan mengapa harus mengosongkan seluruh Pulau yang luasnya 16.583 hektar? Padahal Fuyao Glass Industry Group yang pabrik kaca terbesar China,  luasnya hanya 128 - 200 hektar.

“Atau itu hanya trick saja untuk menguasai tanah yang lebih luas guna proyek-proyek property?” ujar Herman.

Diskusi yang berlangsung kurang lebih 2 jam-an tersebut diakhiri dengan ramah Tamah dan foto bersama.

***

Editor: Yuni Herlina

Tags

Terkini

Terpopuler