Kenyataannya, Wickremesinghe mewarisi beban utang yang besar, kehilangan pendapatan pariwisata, dan dampak lain dari pandemi, serta lonjakan biaya untuk komoditas.
Anggota parlemen dari dua partai oposisi utama negara itu memboikot Parlemen Sri Lanka minggu ini, untuk memprotes Wickremesinghe.
Baca Juga: Tarik Paksa Mahkota Miss Sri Lanka, Miss World Caroline Jurie Dipolisikan
Hal ini sebagai protes kepada Wickremesinghe yang menjadi perdana menteri lebih dari sebulan lalu sekaligus juga menteri keuangan, karena tidak memenuhi janjinya untuk mengubah perekonomian.
Wickremesinghe menyatakan, Sri Lanka tidak dapat membeli bahan bakar impor, bahkan untuk uang tunai, karena hutang yang besar oleh perusahaan minyaknya.
Saat ini, menurutnya, BUMN Ceylon Petroleum Corporation berhutang 700 juta dolar AS.
Baca Juga: Ritual Eksorsis Dukun Sri Lanka, Bocah Tewas Dipukul Tongkat
Akibatnya, tak ada negara atau organisasi di dunia yang mau menyediakan bahan bakar untuk Sri Lanka.
Wickremesinghe menjabat setelah berhari-hari protes keras atas krisis ekonomi negara itu sehingga memaksa pendahulunya untuk mundur.
Dalam komentarnya pada Rabu, dia menyalahkan pemerintah sebelumnya, karena gagal bertindak tepat waktu ketika cadangan devisa Sri Lanka menyusut.