WASPADA! Malaysia Bernafsu Dominasi Politik di Asia Tenggara: Dikecam di 'Kandang' Sendiri!

- 6 April 2022, 07:40 WIB
Presiden Jokowi Dukung Bahasa Melayu sebagai Bahasa Kedua ASEAN, Mendikbud Ristek Menolak
Presiden Jokowi Dukung Bahasa Melayu sebagai Bahasa Kedua ASEAN, Mendikbud Ristek Menolak /Pixabay


KUALA LUMPUR, KALBAR TERKINI - Wacana Perdana Menteri (PM) Malaysia Datuk Seri Ismail Sabri Yaakob agar Bahasa Melayu menjadi bahasa resmi ASEAN menunjukkan nafsu negara itu untuk mendominasi politik dan budaya kawasan.

Selain hanya akan memecahkan Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) secara internal, Malaysia juga akan dianggap picik dan ambisius.

Apalagi, ASEAN bukan hanya 'milik' Malaysia, dan bahasa Melayu sendiri tidak digunakan secara luas seperti yang diklaim, melainkan hanya sebagai bahasa minoritas di wilayah-wilayah yang diklaim Malaysia.

Baca Juga: Malaysia Bubar jika Diskriminasi dan Persaingan Dua Etnis Berlarut-larut

Itu sebabnya, pernyataan PM Malaysia ini malah dikecam di 'kandang' sendiri'.

Termasuk nota bene dari News Strait Times (NST), koran paling tua di negara itu, yang terbit sejak 1845, milik NST Press.

Dibandingkan bahasa Melayu, dilansir Kalbar-Terkini.com dari NST, Senin, 4 April 2022, Bahasa Indonesia adalah bahasa ke-10 yang paling banyak digunakan di dunia.

"Bukan Bahasa Melayu; itu (bahasa Melayu jadi bahasa resmi ASEAN) bisa menjadi kasus perampasan budaya; negara mungkin menafsirkan langkah tersebut sebagai bentuk dominasi politik dan budaya," tulis NST.

Baca Juga: PM Malaysia hanya Dijabat Umat Islam: Wacana PAS yang Dikecam Warga Negara Bagian Sabah

Bahkan, tambah NST, Bahasa Mandarin juga lebih banyak digunakan dibandingkan Bahasa Melayu, dan diakui di panggung global.

Halaman:

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: New Strait Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x