Vladimir Putin Kecam Negara-negara Barat Kaya: Menipu Negara-negara Berkembang!

8 September 2022, 13:43 WIB
ILUSTRASI - Rusia menuduh Barat telah menyebarkan kebohongan terkait penyebab krisis pangan global usai sanksi akibat invasi Ukraina. /Pixabay/

VLADIVOSTOK, KALBAR TERKINI - Negara-negara Barat kaya diklaim mengambil keuntungan dari krisis pangan di negara-negara berkembang.

"Sekali lagi, negara-negara berkembang telah tertipu, dan terus tertipu," tegas Presiden Rusia Vladimir Putin, Rabu, 7 September 2022.

Dilansir Kalbar-Terkini.com dari Euro News, Rabu, hal ini disampaikan Putin dalam sebuah forum ekonomi di Kota Vladivostok, Rusia timur jauh, Rabu.

Baca Juga: Enam Oligarki Rusia Meninggal Misterius: Semuanya Tolak Perang Kremlin di Ukraina

Putin mengecam kelakuan negara-negara Barat yang kaya ini.

Kelakuan ini dinilainya hanya akan meningkatkan bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Namun diakui, krisis pangan global tersebut merupakan dampak 'operasi militer' Rusia di Ukraina sejak 24 Februari 2022.

Namun, Rusia masih berniat baik dengan meneken amandemen tentang pangan pada Juli 2022, yang ditengahi Turki dan PBB.

Baca Juga: Malaysia Terancam Krisis Pangan, Raja Ajak Masyarakat hidup Hemat

Kesepakatan itu disertai pemahaman akan membantu meringankan lonjakan harga pangan di negara berkembang.

Tetapi, menurut Putin, justru negara-negara Barat kaya yang mengambil keuntungan dari kesepakatan itu.

"Jika kita mengecualikan Turki sebagai negara perantara, maka hampir semua biji-bijian yang diekspor dari Ukraina, dikirim bukan ke negara berkembang termiskin," kecam Putin.

"...tetapi, ke negara-negara Uni Eropa," tegas Putin.

Ukraina sendiri, dalam catatan Kalbar-Terkini.com, dikenal sebagai 'lumbung pangan Eropa', terutama untuk jagung dan gandum.

Bijian-bijian ini juga banyak diekspor ke negara-negara Afrika, negara-negara Arab di Asia Selatan, serta juga negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Berbagai produk mie instan Indonesia juga mengandalkan bahan baku dari tepung gandum Ukraina.

Putin lebih lanjut menyatakan, Rusia tidak kehilangan apa pun sebagai akibat dari operasi militernya di Ukraina.

Menurutnya, semua tindakan Rusia dirancang untuk memperkuat kedaulatan negara.

Tujuannya, 'membantu orang' yang tinggal di wilayah Donbas, Ukraina timur.

Wilayah ini selama ratusan tahun didominasi oleh warga Ukraina keturunan Rusia.

"Kami tidak kehilangan apa pun dan tidak akan kehilangan apa pun," kata Putin.

“Mengenai apa yang telah kita peroleh, saya dapat mengatakan bahwa keuntungan utama adalah penguatan kedaulatan kita," lanjutnya.

Putin mengakui, keputusan Moskowmengirim pasukan ke Ukraina telah menciptakan 'polarisasi tertentu' baik di dunia maupun di dalam negeri.

Selama pidatonya, Putin juga mengulangi pernyataannya bahwa pemerintah Ukraina saat ini adalah 'rezim tidak sah'.

Ini ditandai dengan pemerintahan yang didirikan setelah 'kudeta' pada 2014.

Sementara itu, diumumkan pada Rabu bahwa Putin dan Presiden China Xi Jinping akan bertemu minggu depan.

Pertemuan puncak ini akan diadakan di Kota Samarkand, Uzbekistan.

China sejauh ini berusaha untuk tampil netral dalam hal konflik di Ukraina.
Selain itu, China menghindari kemungkinan dampak jika pihaknya mendukung ekonomi Rusia di tengah sanksi internasional.

Putin dan Xi terakhir kali bertemu di Beijing pada Februari 2022, beberapa minggu sebelum Kremlin mengirim pasukan ke Ukraina.***

Sumber: Euro News

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: Euro News

Tags

Terkini

Terpopuler