Tuak Dayak sendiri, persis dengan Saguer dari Suku Minahasa di Provinsi Sulawesi Utara, atau Ballo, minuman 'mabuk-mabuk sedap' khas masyarakat Bugis di Provinsi Sulawesi Selatan. Ballo disebut miras karena kadar alkoholnya cukup tinggi setelah dicampur dengan ramuan tertentu, yakni kayu buli, sejenis kayu tertentu yang hidup di air payau sehingga ballo menjadi berwarna merah dan berdaya mabuk lebih 'kencang'.
Masih mengenai tajok, miras ini serta pula minuman sejenis oleh suku mana pun di Indonesia, seharusnya tidak diminum berlebihan. Satu sloki, sudah cukup untuk menghangatkan badan, menambah semangat, dan menambah kemampuan bicara: dari 'malu-malu' menjadi 'lancar' dan 'pintar' pula mengolah kata-kata.
Baca Juga: Waspada Karhutla, Ketua Komisi V DPR RI Imbau Masyarakat Buka Lahan Tanpa Membakar
Di masa pandemi virus korona dewasa ini, tajok makin 'beringas'. Semakin banyak 'fansnya', karena diyakini bisa melawan Covid-19. Dipercaya, benar atau tidak, kekebalan tubuh, yang ditandai dengan rasa hangat menjalar ke bagian dada, akan terjadi saat tajok diminum, tapi, sebaiknya, cukup satu sloki.***