Alif menjadi seorang abdi negara alias polisi.
Dia mewujudkan cita-citanya untuk membasmi kejahatan.
Tekad Alif menjadi Polisi juga dilatar belakangi kematian kedua orang tuanya akibat serangan teroris.
Sementara itu Lam, memilih menjalani kehidupan sebagai seorang jurnalis. Dia ingin menyuarakan kebenaran lewat tulisan-tulisannya.
Dan Mim memutuskan untuk tetap tinggal di pesantren, menjadi pengurus disana membantu pak Kyai.
Ketiganya akhirnya dipertemukan lagi berkat insiden pengeboman yang terjadi di sebuah café di Jakarta, dimana pesantren mereka dicurigai mempunyai hubungan dengan aksi teror itu.
Laras, kekasih Alif ikut tewas dalam insiden pengeboman itu, sayangnya pihak berwajib menutup kasus tersebut karena kurangnya bukti-bukti.
Dalam situasi ini, Lam yang notabenenya adalah seorang wartawan, menemukan bukti-bukti praduga yang menunjukan bahwa insiden pengeboman mempunyai hubungan dengan Ponpes Al Ikhlas.
Lam kemudian menulis tersebut di artikelnya, hingga mengakibatkan pimpinan pesantren dijemput oleh pihak kepolisian.