CERITA UTUH KKN di Desa Penari Bagian 11, Tipak Talas Rupanya Sumber Suara Gamelan dan Lantunan Lagu

11 Mei 2022, 15:54 WIB
Pengakuan Tissa Biani bertemu dengan tokoh Nur asli yang ia perankan di film viral KKN di Desa Penari lewat pengakuan dengan Dul Jaelani. /Instragram/@tissabiani/Tissa Biani

KALBAR TERKINI - Tanahnya keras, dan lembab. Namun Widya terus menembus jalanan itu.

Semakin lama semakin dingin, dan sudah beberapa kali Widya berhenti untuk menghela nafas panjang.

Jalanan ini, seperti tidak berujung, namun, bila kembali, Widya tidak akan tahu apa yang dikerjakan Bima di sini.

Baca Juga: CERITA UTUH KKN di Desa Penari Bagian 10, Widya Ikuti Bima Menuju Tapak Tilas, Tempat Penghubung ke Dunia Lain

Hal yang cukup disesali Widya hanya satu, ia hanya mengenakan sandal selop.

Memang apa yang Widya lakukan malam ini, spontan karena penasaran, tanpa persiapan, tanpa teman, dan sesal itu, kian bertambah saat Widya mulai mendengar gending.

Ya, suara yang familiar. Nada yang dimainkan adalah kidung yang Widya dengar saat ia berada di bilik mandi, bersama Nur.

Baca Juga: CERITA UTUH KKN di Desa Mandiri Bagian 9, Nur Akhirnya Akui Dirinya Miliki Penjaga Ghaib dan Tingkah Aneh Bima

Sedangkan alunan gamelan yang dimainkan adalah alunan yang sama saat Widya mencuri pandang pada penari yang menari di malam dia bersama Wahyu.

Bukannya lari, Widya semakin menjadi-jadi.

Semakin jauh, suaranya semakin jelas, dan semakin jelas suaranya, semakin ramai bahwa di sana, Widya tidak sendirian.

Baca Juga: CERITA UTUH KKN di Desa Penari Bagian 8, Bungkusan Isi Kepala Monyet dan Nur yang Tiba-tiba Bertingkah Aneh

Namun, yang Widya temui, adalah ujung Tipak talas, yaitu, sebuah tumbuhan yang di tanam tepat di jalan setapak.

Tumbuhan itu, adalah tumbuhan beluntas. Tumbuhanya kecil tapi rimbun samping kiri kanan.

Sudah gak bisa dilewati, kecuali bila membawa parang, dan tentu saja butuh waktu yang lama untuk membabat semak belukar.

Baca Juga: CERITA UTUH KKN di Desa Mandiri Bagian 7, Motor Wahyu Mogok di Tengah Hutan dan Kampung Misterius Penuh Pesta

Namun, wangi tumbuhan beluntas seharusnya langu. Namun yang ini, wanginya seperti aroma melati.

Seperti tidak sadar, Widya sudah mengunyah daun itu, dan terus mengunyah.

Widya baru sadar saat tenggorokanya tersayat batang beluntas yang tajam.

Dan di balik tumbuhan itu, Widya melihat jalan menurun, pantas saja, ia hanya bisa melihat ujung jalan setapak berhenti di sini.

Jadi, jalan menurunnya ditutup oleh banyak sekali tumbuhan beluntas.

Baca Juga: CERITA UTUH KKN di Desa Penari Bagian 6, Bapak Misterius Masuk Rumah dan Sosok Penunggu Watu Item Kali

saat Widya menuruninya, ia sampai harus berdarah-darah meraih tanaman beluntas yang dililit tali puteri.

Di bawahnya, dia melihat sanggar yang diceritakan Ayu dulu, dan sanggarnya benar-benar berantakan.

Ada 4 pilar kayu jati yang di pangkas segi 4, memanjang ke atas dengan atap mengerucut.

Dari jauh terlihat seperti bangunan balai desa, namun lebih besar dengan lantai panggung.

Di sana, suara gamelan terdengar jelas sekali, seperti sumber suara gamelan itu ada di bangunan ini.

Saat Widya mendekatinya, meski ragu, ia merasa kehadirannya tidak sendirian.

Ramai, seperti tempat ini penuh sesak. Namun, tidak ada siapapun di sana, hanya dia sendiri, yang berjalan mendekati.

Tepat ketika Widya menginjak anak tangga pertama, suara gamelan, berhenti, sunyi senyap hening sekali.

Keheningan itu benar-benar menganggu Widya, kehadirannya seperti tidak di terima disini.

Namun Widya memaksa untuk tetap melihat.

Dan saat itu, Widya mendengar seseorang menangis, suaranya familiar, seperti suara orang yang ia kenal, Ayu.

Widya baru mengingat sesuatu yang paling ganjil selama KKN di sini, Ayu.

Ayu tidak pernah sekalipun cerita apapun tentang desa ini, sesuatu yang ganjil yang mengangggunya.

Sebaliknya, Ayu menentang semua yang tidak masuk akal di desa ini.

Namun di malam ketika mereka berdebat mendengar suara gamelan, Ayu pasti berbohong.

Ayu sebenarnya juga tahu dan mendengarnya secara langsung, Ayu lebih tahu tentang semua ini, jauh di atas yang lain termasuk, apa yang Bima lakukan selama ini.

Seperti menangkap angin, ada suara tangisannya. Namun tak ada wujud dimanapun Widya mencari.

Tetapi, tempat sesunyi dan sesepi itu, masih terasa ramai bagi Widya, seperti ia ditatap dari berbagai sudut.

Widya melihat dari jauh, di bawah sanggar ada sebuah gubuk, berpintu.

Widya mendekatinya, namun enggan membukanya, ia mengelilingi gubuk itu, dari dalam gubuk, terdengar suara Bima diikuti suara perempuan mendesah.

Sangat jelas, namun Widya tidak bisa melihat apa yang ada di dalam sana.

Leher Widya perlahan semakin berat, dan berat saat Widya masih bersusah payah mencari cara untuk melihat.

Nasib baik, Widya menemukan beberapa celah kecil untuk mengintip.

Dari sana Widya menyaksikannya langsung, Bima, sedang berendam di sinden (kolam) di sekitarnya. Ia dikelilingi banyak sekali ular besar.*** (Bersambung...)

 

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: Berbagai Sumber Twitter @SimpleM81378523

Tags

Terkini

Terpopuler